Makan malam untuk tunawisma

 

Salah satu sudut dapur Paz de Cristo
Salah satu sudut dapur Paz de Cristo

Satu lagi pengalaman baru yang saya dapat di Paz de Cristo, Mesa,AZ. Tempat ini adalah tempat dimana para tunawisma yang ada disekitar Mesa, Tempe or Phoenix bisa mendapatkan makan malam gratis. FYI, berdasarkan data yang saya dapat ternyata ada sekitar 2,600an tunawisma yang ada di AZ. Waktu itu disela-sela kuliah aku coba untuk mencari info soal kesempatan volunteer dengan isue hunger atau homeless. Cek per cek saya dapat satu tempat di Mesa yaitu Paz De Cristo. Setelah kontakan sama Volunteer Kordinator disana, saya berkesempatan untuk pergi membantu mereka menyiapkan makanan untuk para homeless atau poor atau kasarnya gelandangan untuk makan malam. Habis belajar di kelas, saya berangkat sendiri menggunakan bus dari kampus (MCC) ke Paz de Cristo. Saat tiba di lokasi, saya disambut oleh Mrs.Colleen (kordinator volunteer). Tanpa basa basi, saya langsung ke dapur, simpan tas , sign in, pake apron dan tulis name tag dan cuci tangan dan pake gloves.

Mrs.Colleen menyuruh saya untuk memilih mau kerja salad buah atau salad sayur. Saya memilih salad buah. Di dapur sudah ada sekitar 5-6 orang yang semuanya sudah berumur dan yes aku yang paling muda (berasa cucu mereka). But saya salut dan senang bekerja sama mereka. They spent their time to help others. Dan itu nggak gampang, karena yang akan dikasih makan sekitar 200an orang. So can you imagine, semua makanan yang disediakan dalam porsi yang super banyak. Ada yang motong buah, ada yang motong sayur, ada yang sediakan sandwich, potong roti, ada juga yang buat teh dan minuman lainnya. Menu malam itu cukup beragam. Bahan-bahan yang tersedia diambil dari Food Bank which is gratis dan yes tentunya harus kami pilah juga. Misalnya saya milah buah karena tidak semuanya bagus, fresh, ada yang sudah berbau dan tidak layak makan. Begitu pula dengan sayur dan roti semua harus dipilah satu per satu sebelum dipotong dan dimasukkan ke dalam kontainer (kontainer bukan truk yah tapi tempat makan).

hasil potongan buah (4 volunteer)
hasil potongan buah (4 volunteer)

Tangan ku sampe tebal banget motong buah hampir 2 jam nonstop. Kalau ingat kondangan di kampung, biasanya ibu-ibu berkumpul untuk mengiris-iris daging. Nah persis banget tuh bedanya kami harus berdiri (nggak duduk manjah dan ngegosip) haha

Salah satu volunteer yang kebagian motong sayuran
Salah satu volunteer yang kebagian motong sayuran

setelah semua ready, dapur dan semua peralatan dibersihkan. Saya menyapu lantai saat itu. Setelah semua bersih, Mrs.Collen memberi arahan kepada volunteers tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan saat memberi makanan kepada para homeless/hunger people. Oh iya saya juga diperkenalkan di dalam group karena saya sangat baru dan volunteer ditempat ini sudah bertahun-tahun kerja disini. Selain itu, beliau juga kasih tugas satu per satu siapa yang incharge kasih salad buah, jagung, nasi, roti, dessert. Aku kebagian ngasih roti ke para tunawisma.

Dinner service time
Dinner service time

Jadi situasinya semua volunteer berdiri di belakang makanan dan satu per satu para homeless harus antri. Mulai dari mengambil alat makan sampai desert. Jatah mereka hanya 2 kali saja. Yang lapar banget bisa nambah sekali lagi dan setelah itu volunteer harus kasih mark ke piring mereka.Waktu aku ngasih roti ke mereka, it was wonderful feeling apalagi saat mereka bilang “thankyou’, “god bless you”, “thank you very much you’re Awesome”. It’s make me so happy. That was inceredible feeling rasanya beryukur banget masih bisa makan apa saja meskipun kadang masih buang makanan 🙁 I will try not to do that again. Orang diluar sana berlomba-lomba untuk antri dapatin makanan.  Terimakasih Mrs Colleen, Paz de Cristo dan semua para super volunteers. I heart you all!

Hunger people & homeless
Hunger people & homeless

 

Training of Volunteer

“THE BEST WAY TO FIND YOUSELF IS TO LOSE YOURSELF IN THE SERVICE OF OTHERS”- M.GANDHI
Para kandidat yang lolos
Para kandidat yang lolos

Satu lagi tempat tongkrongan berbagi guwa bersama pemuda-pemudi harapan Emak ! :p. Namanya adalah Lentera Negeri. Lentera dan Negeri, nggak perlu kali yah saya uraikan filosopi dibalik phrase itu. Kalau mau tahu lebih lanjut bisa langsung kunjungi si doi  disini

Jadi untuk bergabung di keluarga besar Lentera Negeri ini, “pelamar” harus ngisi kotak amal formulir pendaftaran dulu plus menulis essay tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Setelah itu, rendam semalaman dan tiriskan tunggu deh sampai nada pesan di ponselmu berbunyi 😀

Konfirmasi lulus itu saya dapat dari pesan masuk oleh kakak relawan panitia Training of Volunteer LN ke-5 ini. Senang pastinya bisa dipercayakan untuk menjadi seorang relawan di komunitas ini. Belum pernah saya mengikuti acara ke-relawan-an yang ada pelatihannya. Biasanya kalau mau berbagi atau ada event berbagi yah langsung nimbrung aja. Ini malah mirip pengkaderan sewaktu kuliah doeloe :D. Saya dan teman-teman lain dibekali ilmu yang luar biasa oleh para kakak relawan dari Lentera Negeri di Pucak, Maros. Hari pertama kami disuguhkan materi tentang sejarah Lentera negeri dan Tanggung jawab sosial kaum terdidik oleh Kak Cai, salah satu founder komunitas ini. Setelah itu, ada materi tentang psikologi anak didik, English Fun teaching, penguasaan kelas dan penggunaan media kreatif serta yang tak kalah menarik dan membuat saya betah duduk yaitu materi tentang pola komunikasi yang dibawakan oleh presenter berita kondang Kak Nacong aka Kak Ikan.

Sekitar jam 01:00 dini hari kami semua diboyong ke depan aula untuk menggelar doa bersama menyalakan lilin sebagai aksi solidaritas untuk adik yuyun, korban kekerasan seksual oleh 14 hewan bejat biadab laknat terkutuk tuk tuk itu.

-Keesokan harinya-

Materi sudah,nah waktunya ber-have fun ria. Training itu nggak lengkap kalo nggak ada gamesnya. Games seru dan lumayan melelahkan (iyahh jujur aja) yang telah di susun apik oleh kakak-kakak panitia membuat keakraban para peserta TOV5 ini makin nyatu. Semua sudah pada kenal dan nggak canggung satu sama lain. Dari yang tawa maksa sampe terbahak-bahak tiada malu dan upayah semua ada. 😀

overall, thanks to seluruh pihak yang sempat nongol di hadapan para peserta sampai kakak-kakak yang beraksi dibelakang layar telah meluangkan waktunya, tenaganya, untuk berbagi bersama para peserta baru Lentera Negeri. Y’all are awesome. Sampai ketemu lagi dan nantikan saya di kelas C yak ! *kedikedipmata

hashtag lentera negeri

hashtag relawan

hashtag bersama berbagi untuk anak negeri

here we are!
here we are!

 

 

 

MI Nasrul Haq

The Orange Sun Project aka TOSP mungkin belum banyak yang tahu. NGO ini dibentuk oleh saya dan teman saya pada tanggal 13 Juli 2013. Kebetulan saya menjabat sebagai sekretaris di komunitas ini. Jadi misi kami adalah memberikan layanan sosial (bantuan berupa alat tulis) kepada anak-anak sekolah SD yang ada di Makassar.Selain itu, kami juga memperkenalkan  cita-cita kepada adik-adik yang sekolahnya kami kunjungi. Sasaran kami bukan hanya di sekolah-sekolah yang fasilitasnya kurang, akana tetapi juga di rumah belajar dan di panti asuhan.

Baru-baru ini, saya dan teman saya berbagi alat tulis di Madrasah Ibtidayah Nasrul Haq.  Kami mengunjungi sekolah tersebut di pagi hari. Kebetulan sebelum nguli, saya menyempatkan mendonasi dulu.

“Assalamualaikum adik adik”

Murid kelas 1 dan kelas 2 sudah berkumpul dan duduk manis menyambut kami. Guru dan wali kelasnya pun sudah tampak siap menyambut kami. Suasana pecah ketika kami semua satu persatu memperkenalkan diri di depan kelas. Perkenalan diri pun hanya beberapa kalimat saja. Nama, Cita-cita dan hoby, really simpel 😀

Cita cita lagi? Yeap C I T A -Cita. Satu hal yang terbilang esensial dalam hidup. Bisa dikatakan sebagai bahan bakar yang dapat membakar semangat untuk mengejar impian.

What do you wanna be?

Cita-cita penting diperkenalkan di masa kanak-kanak.Bicara tentang cita-cita, murid-murid MI Nasrul cukup antusias ketika diarahkan untuk menggambar dan menulis cita-cita mereka di kertas untuk kemudian di tempel di pohon cita-cita. Ada 9 kelompok yang terdiri dari 5 murid tiap kelompoknya yang dipandu oleh satu orang dari TOSP. Seluruh kelompok akan memperkenalkan anggota kelompoknya di depan kelas sambil menyebutkan cita mereka masing-masing dan memperlihatkan hasil gambar kelompoknya. Setelah menempelkan kertas cita-cita mereka di pohon cita-cita, sumbangan atau hadiah yang sudah kami sediakan berupa alat tulis kami berikan satu per satu ke murid.

Saya dan murid-murid kelompok saya , kelompok APEL.
Saya dan murid-murid kelompok saya , kelompok APEL.

Mungkin kegiatan kami terdengar biasa-biasa saja. Usaha kecil yang TOSP lakukan paling tidak bisa membantu anak-anak SD terkhusus di Makassar untuk selalu belajar belajar dan belajar. Senyum merekah dari wajah polos mereka sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi kami.

 

Thanks a million for our unknown- donors out there. Keep sharing and doing good !

#berbagiituindah

I love you my team!

 

without wax

Makassar International Writer Festival 2015

We are happy to confirm your place as a volunteer at Makassar International Writers Festival 2015 in hospitality. …”

 

good place, good read
good place, good read

Demikian isi email yang tak terduga-duga datangnya dari panitia seleksi MIWF 2015. Kurang lebih sebulan menunggu setelah mengajukan diri untuk jadi volunteer even keceh ini. Sebanyak 374 aplikan dan yang keterima cuma 135. Festival ini digelar bulan Juni berlangsung pada tanggal 3-6 Juni 2015 di Fort Rotterdam.

why did I join this event?

There were so many reasons.Well, first of all, I do like volunteering. Volunteering make me become a grateful person, better person, wiser ,more honest and sincere to do things. Do something without expect a reward or something like that. Making friends and meet others from different cultures, It is so damn Uplifting. Second one was The festival was carried out by some great Writers from all over the world. I sometimes write  and i think this was a good privilege for me to look out the marvelous writers closer. The last one was I am a jobless LOL

Kaos, ID and Coffee for sure
Kaos, ID and Coffee for sure

Selama 4 hari itu, saya  mendapatkan banyak hal baru. Bertemu dengan penulis penulis keren, mendengarkan materi workshop secara LIVE dari mereka, dan satu hal yang saya sangat senangi adalah kita betul betul diajar secara tidak langsung untuk memanajemen waktu kita sendiri dan betanggungjawab atas tugas yang telah diberi. Bermacam-macam karakter dari para volunteer membuat even ini lebih hidup. Kreatifitas, kerjasama, solidartitas, pokoknya semua mengenyampingkan ego masing-masing. Bukan upah yang kita inginkan, bukan uang yang kami harap, tetapi pengalaman baru yang tidak semua orang bisa melakukannya, Yap tidak semua orang yang mau meluangkan waktunya untuk menjadi sukarelawan. Rutinitas kantor, keluarga atau memang karakter yang acuh dengan hal-hal seperti ini yang cenderung membuat orang enggan melirik.

 

Tidak akan ada foto saya bersama Jajang C Noer, Riri Riza, Trinity, Pallavi Aiyar, Adrian Grima, Fadli PADI, Satoshi Kitamura  dsb jika saya nggak jadi volunteer disini. Tidak akan ada juga goresan di buku saya tentang OCEHAN EMAS yang dibawakan Janet Steele, Ifan Ismail (penulis naskah Habibie dan Ainun), Peter Van Dongen, Mira Lesmana, sampai mantan diplomat US untuk Indonesia Pak Stanley Harsha. Tidak akan pernah juga dengan seenaknya mengetuk kamar Agus Noor buat konfirmasi kedatangannya di Makassar.

With one and only Jajang C Noer
With one and only Jajang C Noer

Yeap semua karena keikutsertaan sebagai volunteer. Sungguh ironis jika kita hanya disibukkan dengan aktifitas yang begitu saja ,melongok depan layar komputer, duduk  seharian di kantor tanpa ada sesuatu yang bisa membuat kita lebih menjadi orang yang jauh berjiwa besar, jauh membuat hidup berwarna tentunya.

One shot with a superb traveler, TRINITY!
One shot with a superb traveler, TRINITY!

Terimakasih yang sebesar-besarnya buat MIWF 2015 atas kesempatan yang diberikan kepada saya, I will be glad to see you next  year !

Thanks my team, my good friends!

Luv y’all,

 

without wax

Sehari Berbagi di kelas Inspirasi Bone

I am in !
I am in !

Ajakan dari seorang teman untuk ikut kegiatan yang bernama “Kelas Inspirasi” mentally membuat saya menjadi orang yang lebih bersyukur, lebih tahu lagi tentang pentingnya berbagi, lebih peka akan lingkungan sekitar.

Kelas Inspirasi pertama kali saya lakukan dan coba adalah di Bone. Kota-kota besar lain di Indonesia sudah melakukan kegiatan 1 hari berbagi di SD-SD yang terpilih di kota masing-masing. Kegiatan ini baru pertama kali diadakan di Bone dan beruntung saya terlibat di dalamnya. Saya menjadi relawan di SD Lonrae, sekolah yang terbilang cukup jauh dari rumah saya. Di hari inspirasi saya bergegas pagi-pagi ke sekolah itu, membawa sejumlah peralatan tambahan untuk diperagakan didepan kelas.

Tededemm———— seson pertama, giliran saya yang masuk kelas.

membuat perahu cita-cita
membuat perahu cita-cita

Heran, tak sedikitpun saya canggung di depan murid-murid kelas 4 SD ini.Pengalaman pertama sekali tampil didepan kelas menjadi figure orang asing bagi siswa-siswi SD Lonrae. Perasaan yang memuaskan saya dan membanggakan diri saya sendiri ketika mereka bersorak bersama, memperhatikan saya dan menyimak semua satu persatu kata yang saya lontarkan ke mereka. Kebetulan saya membawakan materi tentang menulis dan traveling. Saya membawakan beberapa contoh tulisan saya yang telah dimuat di koran Tribun Bone dan juga Detik.com. Saya memberikan gambaran ke mereka bahwa menulis bisa dijadikan sebagai profesi. Anak-anak sebagian besar hanya mengetahui profesi itu sebatas dokter, guru, dan polisi. Tidak ada satupun murid yang tahu jika penulis itu dikategorikan sebagai satu pekerjaan/profesi.

Tibalah saatnya yang ditunggu-tunggu. Pelepasan perahu cita-cita di laut. Kebetulan lokasi sekolah tempat saya “bertugas” adalah daerah pesisir. Jadi ide untuk melukiskan cita-cita anak-anak SD Lonrae paling pas adalah membuat perahu cita-cita. Saya dan tim saya bersama murid-murid kelas 4,5 dan 6 membuat perahu di dalam kelas dan menulis nama serta cita-cita, setelah itu, kami tertibkan barisan dan berjalan menuju dermaga. Sekitar setengah kilometer kami berjalan beriringan, terik matahari sangat menusuk ke pori-pori kulit. Sambil berjalan, kami bernyanyi sepanjang jalan dan tentu saja kami menjadi pusat perhatian bagi penduduk setempat. yahhhh..mirip pawai lah..

Panas terik,keringat bercucuran, semangat anak-anak masih sama ketika kakak-kakak relawan masuk ke kelas. Saat tiba di dermaga, perahu induk- kami lepaskan perlahan-lahan menyusul perahu-perahu kecil berwarna-warni yang telah dibuat oleh adik-adik.

 

YAY ! yay ! yay!
YAY ! yay ! yay!