MEGAHNYA TAJ MAHAL

Tree pose (yoga) depan Taj Mahal
Tree pose (yoga) depan Taj Mahal

Ke Paris liat Eiffel, ke Mekkah liat Ka’bah dan ke India liat Taj Mahal. Nggak ada yang nggak kenal Taj Mahal kayanya.  Dari bangku SD sudah diajari tentang keajaiban dunia, kan? 

Taj Mahal merupakan salah satu tempat yang saya masukkan ke dalam bucket list saya. Bermimpi untuk menyentuh dinding bangunan ini akhirnya terbayar di summer trip, July 2014. Keinginan untuk berkunjung kesini lebih besar daripada menyentuh rangka besinya Eiffel.  😛

Bangunan megah yang terletak di Agra ini konon katanya dibangun karena cinta. Tapi di sini, saya tidak akan membahas sejarah bangunan in detail, soal cinta antara siapa dan alasan sehingga dimasukkan sebagai salah satu keajaiban dunia. Yang ingi saya ceritakan adalah bagaimana saya akhirnya bisa ke tempat ini. Perjalanan ke Agra dari kota New Delhi saya lakukan sehari sebelum Idul Fitri. Jadi, daripada membuang waktu di Delhi untuk menunggu hari lebaran, mending meluncur dulu ke Agra.

Agra adalah kota yang cukup bagus dan sedikit lebih adem dari Delhi. Untuk mendapatkan kereta ke Agra dari tempat saya harus naik bajaj, lanjut naik metro dan mengitari stasiun yang luas. Untungnya ada teman yang berbaik hati mengantar.  Mencari tiket ke Agra mirip latihan milite. Kudu bangun pagi, tanpa sarapan, naik turun tangga masuk keluar gate. 

Dapat general tiket harganya 270Rupee /3 orang. Saya menyempatkan untuk membeli air mineral karena sudah terlalu letih naik turun tangga. Kereta berangkat jam 8:20 pagi dan tiba jam 2 siang. Gerbong yang saya tempati nggak ada tirai jendelanya, banyak lalatnya, bau ditambah penjual asongan yang datang bergantian. Maklum tiketnya juga tiket general. Tapi nggak masalah yang penting ke Agra.

Tiba di stasiun Agra, kami langsung mencari tahu tentang bagaimana cara menuju Taj Mahal. Banyak agen travel, supir taxi, super bajaj yang menawarkan kami untuk ke sana. Setelah mutar-mutar, ada satu supir bajaj yang menawarkan harga miring untuk menuju ke Taj Mahal. Supir bajaj ini sudah tua, tapi bahasa Inggrisnya bagus dan jelas. Deal dengan 10ribu rupiah saja. Bertiga, loh. 

Sekitar 15 menit kami naik bajaj, tibalah di satu jalan yang sempit. Jalan itu menuju pintu masuk Taj Mahal. Jalan tersebut ramai dengan kios-kios yang menjual cendramata, makanan, dsb. Rumah-rumah warga sangat berdempetan dan padat. Terlihat anak-anak kecil yang berlari ke sana kemari menawarkan jasanya untuk menjadi guide.

Kami menuju konter tiket. Sehari sebelum kami ke tempat ini, saya bilang ke teman saya kalau besok saya akan mengenakan Sudhitar (baju India) biar keliatan seperti cewek lokal. Modus biar bisa beli tiket yang untuk lokal saja. Bayangkan saja, tiket untuk turis seharga 750 Rupee (Rp. 150.000) sementara yang lokal cuma 20 Rupee alias empat ribu saja.

Tibalah saya didepan loket berharap si penjual ngasih tiket yang 20 Rupee itu. Petugas konternya langsung bilang “dari mana?”.  hmmmm Mau bilang Kashmir nervous, mau bilang Tamil Nadu juga takut. Karena saya anaknya jujur, jadi langsung  jawab “Indonesia”, sambil dia sodorkan tiket 750 Rupee. Misi  gagal dan teman saya di belakang langsung cekikikan. Haha

Setelah dapat tiketnya, kami disuruh untuk ke ruangan lain buat ngambil alas kaki dan sebotol air mineral. Maklum untuk masuk ke Taj Mahal alas kaki harus di lepas. Tiba di tempat security check, semua bawaan makanan, spidol, permen, sampai tongsis pun diamankan. Mau nggak mau bayar lagi buat nyimpan barang di cloakroom. 

Tiket masuk untuk TURIS
Tiket masuk untuk TURIS
bungkus bungkus bungkus
bungkus bungkus bungkus

Kami bertiga di persilakan masuk. Tiba-tiba teriak dong, 

OMG  I’m HERE ! Taj MAhal.

Perasaan saya waktu itu sangat exicted, takjub, terpaku tapi nggak sampai sujud syukur juga, sih. Bangunannya berdiri megah ditengah-tengah taman. Cuaca terik yang membuat saya langsung ikut mengantri masuk ke dalam bangunan. Alas kaki pun dilepas diganti dengan alas kaki yang dikasih tadi. Seketika cuaca langsung adem, sejuk saat masuk ke dalam bangunan. Saya mulai berjalan ke sana kemari, menyentuh dinding bangunan dan melihat tiap sudut bangunan. Dalam bangunan terdapat 2 makam yang dipugar. Satu  berukuran besar dan satu lagi berukuran sedikit lebih kecil. Orang-orang mengelilingi makam tersebut, ada beberapa pesiarah yang terlihat melempar koin. Entah untuk apa koin-koin tersebut. Setelah saya mendekat berdiri tepat di depan makam, memang terlihat banyak koin yang bertebaran di lantai. Tidak lama kemudian saya keluar melalui pintu belakang. Ternyata ada sungai disana. Samping kanan Taj Mahal ada mesjid yang besar dengan bangunan yang merah.

Beberapa menit kemudian tiba-tiba hujan. Waduh, perasaan tadi cuacanya terik. Karena posisi saya udah di luar bangunan, terpaksa saya dan teman saya berlari ke arah taman dan berteduh di bawah pohon. Semakin lama semakin deras. Kami pun memutuskan untuk berlari menuju bangunan tempat jalan masuk tadi. Berlari pakai sari, hujan-hujanan, basah-basahan, di bawah pohon, di pekarangan Taj Mahal. Film India banget, kan? 

Pengunjung Taj Mahal
Pengunjung Taj Mahal

Pengalaman yang bakal tidak saya lupakan seumur hidup. Mimpi untuk melihat permata seni Islam ini menjadi kenyataan. Mahakarya yang begitu megah dan agung. Berkunjung ke Taj Mahal sudah saya kicked dari bucket list saya. Tapi saya akan kembali membuat satu wish list yaitu, berkunjung kembali di tempat itu dengan my future husband *aamiin* 

CARA MENDAPATKAN SIMCARD DI INDIA

Banyak yang bilang untuk mendapatkan simcard bagi turis asing di India adalah susah-susah gampang. Beda dengan di Indonesia mau penduduk lokal atau turis sangat mudah untuk membeli simCard. Penggunaan simCard untuk layanan internet,sms, nelpon dan sebagainya memang penting untuk membantu kita selama bepergian di negara orang lain. Konon katanya,pemerintah India risih dengan teroris-teroris yang memanfaatkan fasilitas simCard ini di negaranya. Apalagi di daerah Mumbai, katanya para turis susah untuk mendapatkannya. Provider yang tersedia di India antara lain Airtel (paling top), Vodafone, Reliance,BSNL dan MTNL.

Sebelum saya ke India, saya mencari tahu tentang cara mendapatkan simcard disana, mulai dari browsing sampai dengan chatting langsung dengan lokal disana. Kata teman India saya, untuk mendapatkan simCard gampang, langsung cari dan datangi kedai Airtel atau Vodafone (ya iyalah masa datangi kuil).. tunjukkan passport dan selesai.

Beda lagi dengan versi pelancong yang pernah kesana, kata mereka, kita harus sediakan passport, photo, surat rekomendasi dari teman yang berdomisili di India, foto copy visa, alamat domisili di home country. Beberapa hari di India, akhirnya saya memutuskan untuk membeli kartu. You know lah, selama disana saya jarang check-in di SoSMED, biar eksis harus beli kartu.Bukan semata-mata cuma buat eksis sih, tapi untuk browsing juga dan tak kalah penting komunikasi dengan keluarga dan teman-teman. Kebetulan waktu itu kata teman saya, kartu bisa didapatkan di sekitaran Main Bazaard, dekat stasiun Delhi,tidak jauh dari tempat kami nginap. Di main bazaard ini, mirip legiannya Bali. Sepanjang jalan ada banyak penjual sari, segala macam aksesoris untuk oleh-oleh, bar, hotel, guest house, warung, money changer,atm, book stores dan sebagainya.

Sambil berjalan-jalan, akhirnya saya melihat ada satu kedai yang tertulis

“BUY NEW SIMCARD”

belok kiri sekitar 10 meter dapat deh tempatnya. Saya pun bertanya bagusnya pakai apa? Airtel atau Vodafone? Kata si penjualnya mending Vodafone. Internet lancar apalagi kalau mau menggunakan di luar area New Delhi. Pas banget tuh, kebetulan saya akan bepergian ke arah Selatan, daerah Tamil Nadu.

Setelah mendengar paket-paket yang ditawarkan, maka saya pilih Vodafone 500MB + 101 Balance seharga 500Rupe (Rp.100.000).

Adapun syaratnya adalah:

  1. Mengisi formulir yang telah disediakan.Disetiap satu kemasan kartu perdana, formulir sudah tersedia didalamnya. Penjualnya akan menyuruh untuk menandatangani dan mengisi kolom-kolom yang penting.
  2. Serahkan foto kopi passport. Kalau ngaak bawa kopiannya, nggak masalah, bakal di kopiin kog
  3. Pas Foto 1 lembar (bisa 3×4 atau 4×6) asal bukan 10R, kebesaran ciiinnnn 😛
  4. Bawa kartu nama HOTEL atau guest house kamu nginap.

Yang satu ini harus ada, penjualnya bakal tanya di room no. berapa kamu nginap dan sampai kapan.

Kebetulan waktu itu saya nggak bawa kartu nama guest house saya, akhirnya saya berjalan kaki kembali kesana untuk mengambilnya. Setelah deal dan dapatkan kartu, penjualnya langsung mendaftarkan paket yang dibeli dan menyampaikan kalau kartunya akan aktif esok hari,karena bakal di aktifasi oleh pihak Vodafone 1×24 jam. Jadi, setiap pembelian kartu perdana di counternya, petugas provider akan mengambil semua formulir yang terkumpul untuk dibawa ke kantor pusat.

Bagaimana? Mudah kan? Nggak harus kesana kemari, lampirkan surat ini surat itu. Bersiap-siap untuk eksis pemirsah hihi.

KESAN PERTAMA BACKPACKING DI INDIA

HEY VISA !
HEY VISA !

Pukul 12:05 dini hari mendaratlah si burung besi AIR ASIA di Kolkata. Saya dan 2 travel mate saya sangat antusias ketika semua tulisan Hindi menghiasi seluruh plang-plang di bandara. Senang, kaget dan bahkan tidak menyangka akhirnya 2 tahun bermimpi untuk ke tanah Bollywood ini menjadi kenyataan. Kolkata menjadi kota pertama yang kami injak. Kebetulan 5 bulan sebelumnya hanya rute KL- Kolkatalah yang tiketnya paling murah. Kolkata atau Calcutta adalah salah satu dari 4 kota besar di India yang diberi akses untuk VOA. Dulunya Kalkuta ini adalah nama ibukotanya India.

Tiba di imigrasi, saya dan Dede langsung dipersilahkan kebagian pengurusan VOA.Sementara Fia mengantri untuk stempel passportnya. Sebelum berangkat, Fia udah ngurus visa duluan di Jakarta (biayanya $45), sementara VOA biayanya $72 (3600 rupee). Pengurusan Visa On Arrival di India terbilang cukup mudah. Petugas hanya meminta passport, bookingan hotel dan tiket pulang.Setelah mengisi satu formulir, kami di beritahukan untuk membayar dalam bentuk cash- rupee. Kami pun menuju ke bawah didampingi petugas imigrasi untuk menukar uang. Visa yang terstempel di passport sangat sederhana sekali,  dibuat manual dan masa berlakunya ditulis sama dengan tanggal tiket pulang kita. Meskipun valid hingga 30 hari, si petugas memberitahukan lagi kalau pulangnya harus sama dengan tanggal tiket pulang.

Tiba-tiba saja datang 2 lelaki dengan membawa ransel kami. Entah mengapa, Fia yang kami suruh untuk mengambil backpack kami di baggage claim kog bisa dibawa ke atas. Kaget juga, sih nama kami dipanggil waktu itu. Oh iya, sedikit drama juga karena tiket pulang Dede nggak Dia print (tersimpan di email). Saya dan Dia pun mendadak kaget karena petugas maunya hardcopy gitu, minta di tunjukin di email nggak ada jaringan internet. Kan nggak lucu harus pulang. Tak lama kemudian, ada seorang petugas lain datang, paruh baya, berbadan besar, lumayan good looking, meminta dokumen-dokumennya Dede. Dede berkeras kalau tiket itu ada di email, butuh jaringan internet doang. Suasana sangat hening waktu itu. Sekitar 15 menit, akhirnya si bapak tadi dengan muka datar dengan tampang kesal memiringkan monitor PCnya untuk dipakai log-in ke email dan print. *feuww Alhamdulillah

Welcome to India

Kami bertiga mengitari bandara. Bandaranya bersih, dingin, luas dan bagus. Terlihat beberapa penjaga berdiri tegap, berpatroli sambil membawa senapan. *Segitunyakah?

Kami pun sampai ke sudut bandara untuk duduk sejenak dan mengisi battery sambil menunggu untuk sahur. Menu sahur kami waktu itu adalah kuning telur, sandwich dan kue  kering yang kami bawa dari rumah. Setelah  sahur, shalat, mandi dan tiduran di kursi. 

BUS BUS BUS
BUS BUS BUS

Waktu menunjukkan jam 7 pagi. Kami keluar dari bandara dan menuju halte. Saat menginjakkan kaki di luar bandara,  kami tercengang melihat sepeda tua berkarat yang melintas di depan mata kami, mobil tua dan suasana yang kumuh. Atmosfer di dalam dan luar bandara berbeda 180 derajat. Seakan-akan kami bertiga hidup di jaman 80an, beneran. 

Tiba di halte, kami naik ke arah Howrah Stasiun. Biayanya 40 rupee/orang. Jalan menuju Howrah Stasiun membuat mata saya membelalak melihat kendaraan yang bising, suara klakson yang nyaring menampar gendang telinga,tempat tinggal yang kumuh, perempuan-perempuan India dengan sarinya, segerombolan pria yang mandi di pinggir jalan dan sobekan spanduk Happy Ied Mubarak dari actor terkenal se-antero India, ShaRukh khan. Ditambah bus yang ditumpangi sudah sangat overload. Cuaca terik,mana puasa lagi. Perasaaan yang campur aduk. 

“what am I doing here?” kata saya dalam hati

Howrah Stasiun
Howrah Stasiun

Tiba di stasiun Howrah, kami kesana kemari untuk mencari tiket kereta.Mungkin banyak pelancong yang sudah booked dari awal untuk urusan tiket kereta. Kami go show aja, lagian ada kuota turist kok. Jadi tidak terlalu khawatir untuk kehabisan tiket. Benar sih, sebagian besar penduduk India menggunakan kereta sebagai alat transportasi utama. Penduduk ke-2 terbanyak setelah China ini wajar kalau sistem transportasi yang ideal adalah kereta.

Semakin lama semakin panas dan semakin haus. Buka puasa masih lama.Kami ke stasiun untuk mencari tiket. Pusing dengan hiruk pikuk isi stasiun, saya dan Dede mencari simcard buat dipakai internetan. Kami tahu untuk mendapatkan simCard di India terbilang nggak gampang, harus disertai dokumen-dokumen yang sah. Provider yang terkenal di India adalah Vodafone dan Airtel. Kami mencari-cari di sekitar stasiun Ternyata tidak ketemu dan akhirnya bertanya di pos polisi dan ternyata ada satu kedai kecil dan tersembunyi yang katanya menjual simcard. Kami pun ke sana dan tiba-tiba si penjual ini mengorek sakunya dan mengeluarkan satu simcard dengan merk lain sambil menuliskan kapasitas internet, sms, nelpon segala macam. Daripada nggak ada, udah loyo juga akhirnya Dede beli. It’s Ilegal pemirsa!

Lanjut mencari tiket, kami dipimpong dari satu gedung ke gedung lain di stasiun. Stasiunnya besar dan luas serta penuh dengan segala macam hirupikuk orang India. Setelah bertanya dan bertanya akhirnya kami ke tempat pembelian tiket untuk kuota turis, Tatkal. Cukup lama untuk mendapatkan tiket kami ke New Delhi. Target kami yang harusnya dapat tiket jam 3, akhirnya harus menunggu sampai jam 5 sore. Tapi nggak masalah, yang jelas kami harus tinggalkan kota ini, pusing soalnya.

TIKET ke INDIA
TIKET ke INDIA
menu makan malam
menu makan malam

Harga tiket ke New Delhi  yaitu 2473 rupee dengan perjalanan kurang lebih 17 jam, kelas sleeper AC3. Jadi bakal nginap di kereta. Kami menunggu di waiting hall, sesekali keluar stasiun karena bosan. Keretanya jadul banget, tapi pas masuk ke dalam dan liat seat kami, WOW bersih, nyaman dan dingin, layaknya kelas bisnis. Makanan pun komplit dan beragam. Buka puasa jam 7:30 pm, sahur jam 4:12am shalat di linen room yang sempit dan samping WC pula. *tepokjidat

tempat sahur SEKALIGUS TEMPAT SAHUR saya dan aHMAD (SAMPING WC)
tempat sahur SEKALIGUS TEMPAT SAHUR saya dan Dede (samping WC)

See you soon Delhi  ! *zzzz

GUIDE MURAH KELILING KOTA AGRA

Kota Agra terkenal dimana-mana karena Taj Mahalnya. Tidak banyak yang tahu tentang seperti apa Agra itu. Saya dan teman saya memilih untuk menggunakan jasa guide yang muncul tiba-tiba didepan kami. Seorang kakek, supir bajaj,kira kira berusia 64 tahun yang entah siapa namanya. Tadinya kami mau menumpangi bajajnya ke Taj Mahal saja.Tarif ke Taj Mahal sebesar 10ribu/3orng. Jadi dia tawarkan paket tour ke kami ke 4 tempat yang menarik. Setelah nego, akhirnya deal 400 Rupee/3 orang (80 ribu rupiah). Lumayan daripada seharian nggak tahu mau kemana, mending naik bajaj saja sambil mengelilingi Agra.

ME AND MY GUIDE
ME AND MY GUIDE

Tujuan pertama tentunya Taj Mahal. Jadi Rahul (anggap saja namanya si supir bajaj) akan menunggu kami sampai waktu yang kita tentukan. Flexible banget, jadi enak nggak keburu waktu. Sekitar sejam lebih di Taj Mahal, kami pun lanjut ke destinasi ke dua yaitu Agra Fort. Bangunan berupa benteng besar berwarna merah. Waktu itu kami mengurungkan niat untuk masuk ke dalam benteng soalnya lumayan mahal. Jadi,kami cuma menikmati dan ngintip dari luar saja. Jarak dari Ta Mahal ke Agra fort sekitar 10 menit naik bajaj (2,5 km). Bangunan itu merupakan benteng kerajaan Mughal.

AGRA FORT
AGRA FORT

 

Rahul pun dengan lincahnya mengantar kami ke tempat yang ketiga. Maharja Bazar. Tempat itu adalah pusat oleh-oleh. Kami melihat-melihat saja sih. Saya bukan tipe Sophaholic soalnya. Waktu itu cuman meraba-raba kain sari, melihat segala macam gantungan kunci dan membaca beberapa buku kamasutra. Huahaha

Destinasi keempat adalah marble production. Tempat pembuatan kerajinan keramik di Agra. Disana lagi-lagi kami cuma melihat hasil karya dari orang lokal. Tidak terlalu menarik buat saya, soalnya saya nggak terlalu senang dengan keramik,tetapi tempatnya lumayan bagus. Terakhir kami meluncur ke penjual sari. Kebetulan besok hari Lebaran Idul Fitri. Teman saya, Ahmad ingin membeli baju buat dipakai berlebaran. Toko yang lumayan bagus dengan segala macam outfit orang India disana. Mulai dari hiasan dinding,karpet, sari, sleendang, kain, baju laki-laki semuanya ada. Disana kami menghabiskan waktu cukup lama lama soalnya si pemilik toko ramah, baik (dikasih makan gratis) dan sedikit cerewet. (oia,lokasi ini tidak masuk dalam paket tur. Rahul berbaik hati mengantar kami untuk mencari baju lebaran)

 

kamasutra pemirsah!
kamasutra pemirsah!

 

dikasih GRATIS
dikasih GRATIS
Kerajinan keramik di Marble Production
Kerajinan keramik di Marble Production

Seharian di Agra dan mengharuskan kami berpisah dengan kakek Rahul. Sungguh senang rasanya sudah berkeliling ria dengan bajaj. Rahul ini sangat komunikatif dan lively banget orangnya. Selembar kehidupan di Agra yang takkan pernah bisa dilupakan. 😀

BITTER SWEET MOMENTS TRIP DI INDIA

Saya menyebut perjalanan saya di India sebagai spiritual journey. Meskipun terbilang sangat, paling dan singkat bingit tetapi banyak momen spesial yang saya rasakan selama berada di sana. Mulai dari Kota Kolkata, New Delhi, Agra, Chennai dan Trichy. Momen atau hal-hal yang menurut saya harus saya tuangkan ke dalam cangkir blog :

becak di India
becak di India
  • Di India nggak ada tongsis, mungkin ada tapi nggak yakin ketika hampir di mana-mana semua orang lokal melihat kami ketika tongkat nirmala ini dikeluarkan.
  • Jatuh cinta dengan ice cream harga 2 ribu yang berlabel Mother Dairy. Ice cream yang pertama kali saya makan di kereta menuju New Delhi. Rasa Vanillanya begitu enak dan bikin ketagihan. Waktu ke Taj Mahal, saya sempatkan beli ice cream itu di kios-kios sekitaran arah pintu masuk. Teriknya matahari langsung nggak berasa setelah ice creamnya lumer di lidah saya. *dramatis
  • Harus poop terpaksa di bandara Kolkata. Biar nggak rempong nyari WC di luar bandara. Secara gambaran India kan jorok jadi mending nyetor di bandara dulu sebelum keluar.
  • Diburu sama penjual tas di central park New Delhi.
  • Cantumin alamat di buku resepsionis di beberapa guest house yaitu JL. TRALALA TRILILI no. 3 –INDONESIA.
  • Pengemis di hari raya Idul Fitri naujubile banyaknya.
  • Ditipu penjual hena. Harga 10 ribu, motifnya cantik banget, katanya tahan sampe 3 minggu. Eh baru 4 hari sudah luntur. Tanganpun keliatan nggak cantik lagi, mirip daki yang nempel. *iiichh
  • Penjual sari bilang saya mirip orang India dan katanya lagi, tangan saya lembut banget. *Modus biar sarinya laku kali.
  • Kasih uang 2.000 dan 5.000 ke teman sebagai oleh-oleh.
  • Ketemu petugas kereta api dengan nama “ SANJAY KUMAR
  • Pasang hena dikirain mau merried alias TAKEN.
  • Batalkan puasa karena nyaris pingsan ketika berjalan menuju Lotus temple. Saat singgah di warung makan obat, minum, eh tau-taunya ada seorang laki-laki yang pipis di tanaman. *arrgh
  • Menyanyikan lagu India bareng teman India saya. Mereka heran kog bisa tau lagu India sampe-sampe merekam kami, loh.
  • Nyari penginapan dini hari mutar-mutar naik bajaj.
  • Dikasih makan gratis sama penjual sari.
  • Beli gelang yang ukurannya ternyata buat anak SD. *tepok jidat.
  • Naik kereta selama 32 jam nonstop.
  • Pakaian khas yang saya kenakan luntur saat kehujanan di Taj Mahal.
  • Dapat tempat tinggal gratis di guest house yang kece banget di Chennai.
  • Dilarang masuk kuil karena lagi M. Padahal di Chennai banyak kuil-kuil yang bagus untuk dikunjungi. Konon katanya, kalau lagi M dan mengunjungi kuil bakal dapat celaka baik orang yang kita temani maupun diri sendiri. *hiks
  • Suara klakson kendaraan disetiap sudut India kencang membahana.
  • Bau pesing dimana-mana. Sampai-sampai hidung saya lama kelamaan sudah terbiasa dengan aroma ini. Pernah pas turun dari bus di Terminal Trichy, eh tau-taunya ada laki-laki langsung main buka aja. 
  • Ditipu supir bajaj. Tadinya harga 100rupe, eh malah ngambil 150rupee. 
  • Sahur dan shalat Subuh di kereta dekat WC dan sempit. *nasib
  • Dapat guide kakek-kakek supir bajaj yang super baik di Agra.
  • Buku bajakan dimana-mana. Jangan salah, buku bajakan dari hampir semua yang hits di dunia semua ada di India. Waktu itu saya beli dua buku cuman 40ribu saja. (ambil jurus menawar barang). “I am Malala” dan “The Fault in Our Stars” akhirnya jatuh ke pelukan saya.
  • Beli tiket seharga 5 rupee buat nyebrang doang di New Delhi stasiun. Kami bertiga salah masuk gate, jadi cara untuk ke luar ke gate lain adalah membeli tiket. Stasiun New delhi itu luas dan memiliki beberapa entrance. Waktu itu kami turun dari bus yang salah arah menuju ke tempat penginapan kami. Bukan entrance yang itu, jadi untuk ke entrance lain dekat Main Bazaard harus beli tiket buat nyebrang. Ckckc
  • Makanan India bisa saya nikmati salah satunya karena berkat si sambal pedas Indofood. Betul-betul penetral dan bikin saya lahap. *terima kasih Tongfang Indofood
  • Cobain burger grilled chicken sasala di McD New Delhi dengan teman lokal.
  • Buang satu tas jinjingan isinya baju, celana dan sandal jepit di bus sentral Trichy.

THAT’S ALL !