ADA GURUN DI PANTAI MARINA,CHENNAI

Berkunjung ke India Selatan adalah itinerary terakhir saya setelah menjelajahi kota lain. Ialah Chennai dan Tiruchirapphali. Saya berangkat dari stasiun New Delhi ke Chennai, Tamil Nadu selama 32 jam dengan kereta. Bayangkan begitu jauhnya jarak dari Delhi ke Chennai. Biaya tiket tatkal  2.200 rupee kelas AC 3 tier. Untuk mendapatkan tiket itu juga sudah mepet banget mengingat saya harus sudah meninggalkan India 3 hari kedepan. Naik kereta saja butuh hampir 2 hari . Saya tidak memilih pesawat karena mahal. Tiba di stasiun Chennai saya menunggu teman untuk menjemput saya. Sekitar 30 menit menunggu, akhirnya teman saya pun datang dan langsung membawa saya ke guesthouse milik perusahaan tempat dia kerja (baca: gratis).

JAUH BANGET
JAUH BANGET

Chennai di mata saya terlihat seperti kota Makassar. Luas, padat, messy dan terlihat beberapa gedung-gedung yang tinggi. Yang membedakan adalah kuil saja. Hampir disetiap sudut jalan ada kuil.  Tiba di guest house, saya ngobrol dengan teman saya sambil membereskan isi ransel yang sudah nggak karuan. Tidak lama kemudian, teman saya pamit untuk melanjutkan kerjannya yang sempat terdistrak karena saya.  Kita janjian untuk hangout jam 7 malam.  Sebelum Dia kembali bekerja, Dia menyempatkan untuk beliin saya makanan yaitu roti dan chicken masala. *wuenaktenang

Malam hari, kami pun keliling kota dengan skuter. Ada banyak kuil yang saya ingin kunjungi. Tetapi, karena lagi M, jadi tidak diperbolehkan untuk masuk kuil. Soalnya harus dalam keadaan bersih dan konon katanya bisa celaka. Ada 4 kuil yang saya lewati dan intip dari luar saja. Kuil-kuil di Chennai menurut saya lebih menarik dibanding kuil-kuil yang ada di Delhi. Setelah mengintip beberapa kuil, sesi kulineran pun dimulai. Saya diajak ke tiga tempat makan waktu itu. Di kedai pertama kami singgahi, saya mencoba satu roti, bentuknya mirip kue sus tapi isinya rempah, kacang-kacangan dan sayuran. Kami makan sambil berdiri. Yang saya perhatikan adalah orang-orang India kalau makan di kedai pinggir jalan rata-rata pada berdiri semua. Trus lanjut makanan yang kedua adalah Lado, manisan khas India. Bulat, sangat manis dan rasanya aneh. Tenggorokanku sudah mulai menolak di suapan pertama. Mau disisa juga nggak enak sama teman, soalnya ditraktir. Tempat makan berikutnya adalah warung yang cukup ramai di malam hari. Kalau liat dari menunya sepertinya, sih enak. Pilihan jatuh ke dosa. Iya, dosa.  Bukan dosa anak durhaka, yah, tetapi nama makanan yang favorit di sana. Sajian dengan sepiring roti mirip gabus dengan campuran saus yang rasanya sedikit aneh. Lagi-lagi kami makan di luar warung sambil berdiri. Sepiring penuh itu harus habis kata temanku. Gigitan ke tiga rasanya sudah nggak kuat. Sudah eneg dan nggak sanggup. Daripada di buang, teman saya yang habisin. *jadinggakenak

Setelah makan, Dia nanya ke saya begini “ini baru makanan pembuka, yah. Kita cari main coursenya di tempat lain.” Jeder! Mampus. Tanja basa-basi langsung saya jawab “Nggak usah, terimakasih. Saya udah kenyang banget.”

Suasana di Stasiun
Suasana di Stasiun

Depan salah satu kuil
Depan salah satu kuil
kelap kelip
kelap kelip
Keliling pakai ini
Dosa
Dosa
Samosa
Samosa
Kopi favorit guwa
Kopi favorit

Dia pun mengantar saya ke satu tempat yang ramai. Sepanjang jalan terlihat banyak lampu-lampu berbentuk dewa yang menerangi sudut jalan. Tiba di satu tempat yaitu pantai. Udara dingin dan pantainya tidak kelihatan karena gelap. Ternyata oh ternyata pantai itu adalah Marina Beach, pantai terpanjang di India dan kedua di dunia. OMG! betul saja, pantainya nggak ada ujungnya, padahal udah dari tadi naik motor sepanjang pantai.

Pagi hari, saya kembali diajak ke Marina beach biar lebih jelas. Saya dan Athir (teman saya) kembali mengendarai skuter ke pantai. Cuaca pagi kota Chennai sangat sejuk dan belum terlihat banyak kendaraan yang lalu lalang. Sampai di sana, ternyata jarak dari pasir di seberang jalan ke pantainya lumayan jauh. Sekitar 100 meter. Pasirnya beda dengan yang di Kuta atau Bira. Lebih mirip pasir gurun. Pemandangan pagi itu cukup impressive dengan berbagai macam kegiatan lokal yang terlihat. Ada yang lagi main kriket, orang yang berkuda, jualan dan duduk di pinggir pantai. Saya cuma berjalan-jalan sebentar karena harus berpindah ke kota lain.

Chennai di pagi hari
Chennai di pagi hari
Marina beach
Marina beach

(FYI Nggak harus pakai helm kalau naik motor berkeliling di India , nggak bakal ditilang) 😀

JAMUAN KOH PHI PHI THAILAND

ciao everyone!!

Nggak nyangka udah nyampe di Koh Phi Phi. Kami berbondong-bondong turun dari ferry dan jedeeeerrrrr pas lewatin entrance, kembali kami diguyur pistol-pistol air keparat itu. Nggak cuman itu, kami juga tabokin bedak basah. Pokoknya sekali melintas, muka kita jadi sasaran.  Bener-bener gokil pengunjung/tourist di Kho Phi Phi ini. Ransel pada basah apalagi badan.. hiks. Dengan langkah cepat dan sedikit ngos-ngosan tibalah kami di tengah-tengah resort ini. Ada beberapa tempat penginapan yang kami sempat kunjungi, biasa intip-intip tarif. Namanya juga resort yah, pasti lebih mahal tempat nginapnya. Ada juga, sih yang terjangkau, cuman buat berdua aja sekamar. Cari yang buat 4 orang, beda tarif lagi. Beberapa jam berlalu, kami sedikit putus asa ditambah badan yang sudah basah abis diguyur tadi.

hey catty! we are looking for a place

Akhirnya kami putuskan untuk ke salah satu mesjid yang cukup besar untuk rebahan bentar sambil merundingkan tempat buat nginap nanti. Mesjid ini berada di tengah-tengah resort. Kami duduk di teras mesjid dan letakin barang sambil rebahan. Eh ada penjaga mesjid yang menghampiri kami. Kami memperkenalkan diri dan kasih tau si penjaga ini kalau kita baru nyampai. Mereka tanya agama kita, luckily we are moslem. Dede berbincang-bincang dengan pria ini, dan Alhamdulillah kita diijinkan untuk tinggal di Mesjid ini. Bukan tepatnya di dalam mesjid, tapi di area mesjid ini ada dua bangunan di sebelah kirinya yang dipakai sebagai aula dan sebelah kanannya di tinggali oleh si penjaga mesjid ini. Alhamdulillah. Bangunanya kalah deh dengan penginapan yang diintipin tadi. Ruangannya luas, bersih, kasur dan ada kipas angin disetiap sudut ruangan. T O P !

Ada syarat dan ketentuan yang berlaku jika ingin nginap di mesjid ini;

  1. Harus jaga kebersihan Mesjid, menyapu dsb.
  2. Kalau pulang nanti bersedekah dengan sukarela. Biar kate nggak dikasih tau, pasti kita sedekah.
  3. Berpakaian sopan

Auto seneng, dong pas denger itu.  Syukur banget deh pokoknya ada yang ngijinin kita buat nginap di tempat itu. FREE 🙂 Aula mesjid ini kan punya dua lantai, jadi ada bonus view buat liat Koh Phi Phi dari roof. Keren banget. Saya dan sahabat saya nggak buang waktu begitu saja. Abis mandi udah bersih, cakep langsung deh jalan-jalan di sepanjang Phi-Phi. Bule dimana-mana. Resort ini cakep.

Nikmati koh Phi Phi dengan kelapa muda

Keesokan harinya kami diundang untuk yasinan di rumah penduduk disitu. Setiap hari juma’at mereka adakan acara Yasinan. Kami diundang oleh pa’ penjaga mesjid nan baik hati ini untuk ikut dia di acara yasinan. Kami pun sangat senang donk, modal ngaji doank, pakaian sopan, harus berjilbab atau berkerudung. Nagh saya dan Fia kan nggak berhijab, jadinya kami pakai sarung pantai jadiin kerudung. ahaha__

Kami dipersilakan masuk dan duduk sambil dibagiin Surah yasin. Doa pun dimulai dan kami mulai yasinan. Bismillah. Setelah itu, tiba-tiba para ibu-ibu hidangin makanan yang banyak. Gila!!!! ada es cendol. Es cendol paling enak yang pernah saya makan. Kami disuguhkan dan senang hati kami menikmatinya. ahahah (poolllin perut). Udah Makan pulang ! eiitt nggak pulang percuma bawa perut yang udah kenyang, tapi kami dikasih amplop ucapan terima kasih. Senangnya______meskipun isinya nggak seberapa tapi itu pengalaman paling luar biasa dari perjalanan ini. Bertemu dengan kaum muslim yang masih adain acara-acara panjatan syukur kepada Allah SWT. Takjub pokoknya.

Abis yasinan, kita mutusin ke VIEW POINTnya pulau ini. Spot paling harus dan harus dikunjungi kalau mau liat Phi Phi keseluruhan. Kami berjalan kaki beberapa kilometer, pokoknya jalannya itu nanjak secara kan mau ke View Point. Ngos-ngosan pokoknya. Pas liat papan yang bertuliskan “VIEW POINT —>” , tambah semangat kita, ini berarti udah dekat. Eh, ternyata masih jaoh. Beberapa kilo lagi jalan, akhirnya dapat.

SURPRISE !!!! Ternyata rame bener orang kesini. Pemandangannya indah banget deh. Cape’nya terbayar pokoknya. Kami langsung nyari tempat duduk dan beli air karena berasa udah dehidrasi banget. ahahha. Air di Thailand yang botolan itu murah banget dan banyak. Seukuran botol bensin dengan harga 3ribuan.

Udah mau magrib, kami putuskan untuk kembali ke Mesjid. Mikir pulangnya, soalnya kalau lewatin jalur yang tadi, bisa-bisa sampe jam 10 kita. Ternyata ada jalur lain yang lebih singkat dan cepat, jauh lebih cepat. Tidak lain tidak bukan adalah ngikut turis yang lain.  (kalau tau mah kita ngambil jalur ini tadi, tapi nggak apa-apa itung-itung olahraga dan tambah pengalaman juga ) ahah..

SIGN
Nanjak pemirsaaaah

here !

acara yasinan dengan warga setempat (baca:makan gratis)ahah

Keesokan harinya, kami berencana untuk menelusuri pantai ini. Kami membawa air dan beberapa cemilan buat jaga-jaga. Sepanjang pantai kita telusuri disuguh dengan panorama Koh Phi Phi yang sangat cantik. Pantainya cantik, bulenya jarang disana, beda banget dengan kuta. Kami lewatin batu karang sampai tracking pokoknya.

walked down
THE BEACH
swing swing
Cool
bersantai-santai, Tante!

Udah di kamar,kami ngumpulin uang untuk disedekahin di Mesjid sebelum pulang. Mulai packed barang untuk ngegembel di tempat lain. Berpamitan dengan pa” penjaga mesjidnya sambil ucapin terima kasih banyak atas bantuannya beberapa hari ini.

_ LET’s GO GUYS!

PS : saking girangnya, kami udah nyebrang eh, lupa masukin uang di kotak amal di mesjid itu. ASTAGA (ampunilah kami Ya Allah, sumpah nggak sengaja). Kami cari mesjid yang lain buat simpan uang yg dikumpulin tadi. Allah Maha Mengerti 😀

Birthday Trip di Bali

Saya dan travel mate saya, Fia, buat semacam tradisi kalo tiap ulang tahun kami, we have to touchdown somewhere else but our hometown (Makassar). Dua tahun lalu, Fia rayain ultahnya bareng saya di negeri Jiran. Tahun lalu direncanakanlah jauh-jauh hari tentang waktu dan tempat perayaan ultah gw.  Viola! destinasi yang terpilih adalah Bali.

Setelah berbulan-bulan mantengin tiket promo, akhirnya kami dapat tiket promo Rp.170.000 Makassar- Surabaya. Nanti dari Surabaya kita via darat ke Bali.  Singkat cerita, Kami berdua terbang dari Bandara Sultan Hasanuddin dan tiba di Surabaya sore hari. Langsung ngambil taksi, meluncur ke terminal buat nyari bus ke Denpasar.

Sumpah, yah, jalur darat Surabaya- Denpasar luar biasa melelahkan. Bayangin aja, hampir 10 jam baru tiba di Gilimanuk, trus nyebrang 2-3 jam. Saat nyampe di perbatasan Gilimanuk, semua penumpang harus turun dari bus soalnya ada pemeriksaan rutin dari para aparat yang saya juga heran siapa mereka sebenarnya. Ternyata oh tenyata disana ada pemeriksaan KTP. #tiba-tiba panik nyari dompet.

Di tempat itu ada 3 orang pria satu pakai seragam tentara, satunya lagi pakai baju dinas gitu dan yang satu lagi nggak pake baju. Hahhaa becanda.  Disinilah drama dimulai. Pas giliran Fia, eh tau-tau Bapak tentaranya nyuruh Fia minggir dulu dan diarahin ke pos.  Saya yang udah lolos ceritanya nih, tiba-tiba ikutan panik. Ternyata KTP Fia uddar habis masa berlakunya. Orang-orang di bus pada liatin dan pada nungguin kami berdua. Tambah gelisah gundah gulana jadinya, suer jadi kaga enak aja gitu. Abrakadabra!, masalah selesai. Nggak perlu lah, yah saya ceritain kog bisa lolos.  Pasti kalian udah pada tau. Yes! betul sekali, dengan kekuatan cuan, semua masalah jadi tuntas. Jujur, gw dongkol banget waktu itu. Marah dengan tabiat-tabiat oknum berseragam itu. Masa’ persoalan KTP tidak berlaku lagi, malah pakai tahan segala. Nggak enak banget sumpah.  Udeh semaleman naik bus, sikat gigi aja kaga’, tidur nggak nyenyak takut ransel ada yang nyolong.

Setiba kami di Bali, singkat cerita saya dan Fia lanjut nyari rumahnya temen yang di Denpasar. Pas nemu, kita cipika-cipiki gitu, mandi, trus ngobrol, hangout sebentar liat Denpasar malam hari. Sebagai pendatang, kami  mulai nanya ke Dia soal sewa motor, apa aja yang lagi happening, bagusan tempat A atau B, dll.

Keesokan harinya. 

Satu motor matic merah sudah cantik terparkir di garasi. Jam 8 pagi udah rapi, camera udah di charged full, handphone , sun glasses udah pada ready semua. Fia yang bawa motor, saya mah diboncengin aja (kaga tau naek motor). Kita start dari Denpasar menuju Kuta bermodalkan plang-plang jalan dan  google maps. Di Kuta kita muter-muter nggak karuan trus lewat ke Legian, singgah sebentar di sana. Abis itu lanjut lagi ke Tanah Lot. Big thanks to google maps, helpful BE GE TE. Sesi foto-foto paling nyita waktu beneran. Belom nyampe di Tanah Lot aja, udah ada sekitar 40-an foto. Apalagi kalau udah di sana? 

Habis dari Tanah Lot, lanjut lagi muter-muter, ngisi bensin, makan bakso dan es buah terus kembali lagi ke Kuta. Kita ke Legian lagi buat foto di monumennya. Gokil, sih, nih jalan isinya bule-bule semua. Kami nggak habiskan waktu banyak di tempat ini. Engap! Jadinya kami putuskan untuk jalan-jalan di sekitar Seminyak sambil tunggu kabar 2 teman kami.

Saat denger kabar dari teman, akhirnya sepakat untuk ketemua di McD deket pantai Kuta. Kuta lagi kuta lagi. Oh iyah, 2 orang ini adalah Kak Torgis dan Reyhan. Mereka teman kampus dan kebetulan mereka berdua habis explore Pulau Jawa. Sekitar jam 9an malam, kami berempat bertemu. Makan malam di McD ditraktir ama Reyhan. Kebetulan Reyhan dan saya ulangtahunnya sama, tanggal 8 Oktober. Dia tajir, Dia yang traktir. HAHA. Setelah makan-makan, ketawa-ketiwi, kami lanjut jalan di sekitar pantai dan foto-foto. Eh nggak lama, tau-taunya temen saya ngasih surprise b’day cake. Wah, senengnya!  Sekotak tart chocolate yang cantik. Episode telenovela pun terjadi. Terharu, seneng, lucu, kocak, bahagia banget pokoknya. I am turning 23, guys!

Setelah acara birthday surprisenya, kami mutusin nggak balik dulu. Penasaran sama dunia malam Legian soalnya. Kata orang-orang, makin malam, makin azik. Bener saja, sepanjang Jalan Legian cuman ada dua hal yang terlihat dominan; bule dan musik keras dari pubs, clubs , cafe dll. Terlihat bule-bule pada mabok, wanita penghibur, daaaaaann sempet liat 1 cowboy paradise french-kissed-an sama bule cewe’. Gokil! Am I in Vegas?

Waktu sudah menunjukkan waktu jam 1 pagi dan akhirnya kita sepakat untuk balik. Reyhan dan Torgis nginap di sekitar Kuta sementara saya dan Fia mesti balik ke Denpasar. Di tengah jalan pulang,  tiba-tiba kami berdua lupa arah. Mulai nyasar kita. Sampai-sampai kita keliling-keliling 2 jam, loh , masih aja nggak nemu rumah temen saya. Nggak tau kenapa  malah lewatin batas ke Kintamani, eh nyasar lagi lewatin kampus Udayana. 

Akhirnya kita ditolongin ama seorang pria yang sepertinya udah curiga dari tadi kalau kita nyasar. Dia nunjukin kita arah dan jalan yang tepat. Alhamdulillah! Akhirnya sampailah kita di depan kosan teman kami.  Bentar-bentar, Furgoso! Pagar rumah tergembok, coy. Mana anjing komplek menggonggong lagi. Mau teriak, nggak enak. Telpon nggak diangkat, SMS nggak dibales. Emang salah kami juga, sih soalnya pulangnya dini hari. 

Akhirnya kita memutuskan untuk lanjut keliling lagi. Rasa ngantuk udah lewat, kaya’ nggak ada kapok-kapoknya. Meluncurlah kita ke arah utara Denpasar. Wuiiihhh dingiinnya kebangetan, kami berdua tetap saja muter-muter nggak ada tujuan. Semua jalan utama, monumen-monumen sampai warung bebek betutu udah kami lewatin semua. Sekitar jam 3 dini hari, secara nggak sengaja ternyata kita masuk lagi ke daerah Kuta. Pas mau masuk ke Legian, kita dihadang sama beberapa orang polisi. Alamak! kami di interview beberapa menit, “Asal dari mana? mau kemana? ngapain ke Legian jam segini?”. Nggak ada angin nggak ada ujan, tiba-tiba salah seorang polisi berkomentar “bukannya kalian tadi udah kesini?”. HAHA. 

Kami jawab mau ketemu temen dan alhasil diijinin masuk. Jalannya macet parah, makin larut makin sumpek. Satu gang aja sudah habisin waktu 30 menit. Pokoknya kegilaan dunia malam ada di sini. Mungkin ini juga yang menjadi faktor pemicu ledakan bom Bali waktu itu.

Pas keluar dari Legian, Fia udah gemetaran saking dinginnya. Satu yang bikin kesel juga saat berhenti di satu lampu merah durasi 120 detik. Dinginnya tambah nusuk cuy. Nggak kuat. Kita mutusin balik lagi ke kosan teman. Nyasar lagi woy.  Tapi kali ini nyasarnya nggak parah. Kalo nyasar, kita kembali ke spot yang udah bener-bener hapal mati jalurnya. Ikutin plang- bangunan-warung- toko-bank dan kosan temen. Puji Tuhan banget, pas masuk lorong sekitar rumah, ada SMS dari temen. Ah! kebayang lah, yah, tiba-tiba kasur menjadi tempat ternyaman waktu itu. Ngecek jam, ternyata udah pukul 4:50 pagi.

What a birthday trip! 

stucked at Tanah LOt

Legian in d’ middle of Nite 

as rock as our journey

________________________________ to be continued