I’ve stopped calling myself as vegetarian

Glad to be here again. It’s almost a month I could not access my blog due to bandwidth limit exceeded. How are y’all doing? Well, I am feeling recharged now after spending days far from home. Today, I would like to talk about my diet. Just so you know, I started to change my diet in 2019, right in my birthday. Saya menyebut diri saya seorang vegetarian. Kalau mau dibilang, sebenarnya lebih condong ke Vegan, sih (karena makan full plant based, nggak punya tas dan sepatu kulit, alat mandi juga nggak contain animal products, dll). Dan beberapa minggu lalu, I’ve stopped calling myself as vegetarian/vegan. Mengapa?

I hate labelling. Lama-lama saya kurang suka dengan julukan seperti itu. Pokoknya yang berbau -ism lah. Nggak ada faedahnya juga, sih. Meskipun teman-teman kebanyakan udah pada tau kalau saya nggak konsumsi dairy products atau daging-dagingan. Mendengar kalimat seperti ” Kak Saskia, nggak makan itu, Dia Vege”. Sebutan itu melekat dan salah saya saya juga sudah membiarkan diri sendiri saya menyebut itu . Setelah berkecimpung dalam dunia “perveganan”, saya liat para vegan banyak yang terlalu berlebihan dan sangat agresif menyalahkan orang-orang yang meat-eaters. Lagi-lagi, saya kurang suka itu. Selama ini , tbh, I am not a preachy one. Nggak pernah sama sekali mau menyalahkan atau menceramahi orang lain yang penyuka daging, dll. Saya nggak mau membenarkan bahwa gaya hidup vegan itu adalah yang paling benar, paling etis dsb. Sampai saat ini, saya masih nyantai aja ikut nongkrong ama teman-teman saya yang pemakan daging. Ada ratusan makanan vegan yang saya upload di IG dan saya menyudahi memberi label dengan kata vegan di sana. Kemarin, tepatnya tanggal 1 Desember dirayakan sebagai hari vegan sedunia and I didn’t want to post something about that. What I can say is I don’t belong here, meskipun makanan yang saya konsumsi tetap berbasis nabati sampai sekarang. Saya lebih mengacu ke buku yang berjudul “The China Study” dan ” How Not To Die”. Hasil riset dan kajian para ilmuwan ini cukup meyakinkan saya bahwa plant-based diet memang bisa menjadi diet yang cocok untuk mengeliminasi berbagai macam penyakit. Sehat itu investasi dan harus menjadi prioritas. Diet berbasis nabati membuat saya jauh lebih mindful perihal asupan nutrisi yang dibutuhkan badan saya. Dengan label vegan saya pikir malah tidak open-minded, jatuhnya malah bisa memicu kerenggangan dan terlebih nggak mau nantinya jadi hypocrite gitu. Misalnya saja, saya menyebut diri saya sebagai vegan dan suami saya meat-eater trus saya masakin opor ayam, what’s the point of being vegan? Thats why,

” I just don’t belong here (Vegetarian or Vegan)”

Diet! Tiap orang yang menjalankan satu diet, pasti punya goal masing-masing, demikian pula saya. Selama setahun menjalankan diet berbasis nabati, ada beberapa hal yang saya rasakan. Pertama, skill memasak saya bertambah. Oh, I luv cooking now, I am friggin’ luv it. Tadinya yang lebih senang jajan di luar jadi malah lebih banyak masak sendiri, jenis bahan makanan yang saya makanpun jauh lebih variatif dari tahun-tahun sebelumnya. Alhasil, pengeluaran grabfood yang tadinya 750k sebulan (di luar masak sendiri), menjadi 160-200an saja (ini kalau lagi nggak mood masak). Selain itu alergi dan vertigo hilang (ini, sih, paling gokil), kulit saya nggak kering, rambut rontok drastis berkurang, mood saya selalu bagus, suka merasa senang dan bahagia gitu dan perlahan-lahan 1 kuku jari kaki saya yang mati berangsur-angsur pulih kembali. Bonus, BB turun padahal saya makannya banyak, bukan 3 sdm nasi merah, yah (OMG! I just can’t). Untuk perubahan internal sendiri seperti kadar gula, kolestrol, tekanan darah, toksisitas dalam tubuh belum sempat saya check, but I will.

Anw, that’s all, what also I can say is I enjoy plant based diet, it’s obvious what I want to achieve, I honouring and thanking to the farmers who feed us and grateful for this awesome diet journey.

Korean Garlic Cream Cheese Bread

My Korean Garlic Bread

Korean garlic bread. Salah satu roti yang sempat booming belakangan ini. Nggak tau yang populerin siapa, tau-tau berseliweran aja di sosial media. Roti ini saya buat sekitar 10 minggu lalu, tapi baru sempet posting. Gila aja, yah, waktu itu iseng-iseng nyari versi vegannya, eh ternyata ada di YouTube. Jujur, bikin roti ini lumayan ribet. Karena yang saya buat adalah versi vegannya, jadi saya mesti buat roti (nggak beli) dan cream cheesenya juga. It’s all homemade. At the end, I was so happy to see the result. Creamy, garlicy, wangi dan rotinya lembut.

Resep saya sontek dari Youtube (Mary’s test kitchen).

Bahan Roti:

  1. 1/2 cup tepung terigu pro tinggi
  2. 2 sdm tepung maizena
  3. 1 cup air hangat
  4. 2 cup susu kedelai
  5. 2 1/4 sdt ragi aktif (saya pakai Merk Saf)
  6. 2 sdt gula pasir
  7. 1/2 cup gula pasir
  8. 5 cup tepung terigu
  9. 2 sdt garam
  10. 1/4 cup vegan butter
  11. 1 sdm maple syrup
  12. 1 sdm air

Bahan II

  • 1/2 cup vegan cream cheese. (resep bisa diliat disini )
  • 1/4 cup vegan butter
  • 1 sdm gula

Bahan III:

  • 1/4 cup vegan butter
  • 2 sdm susu kedelai
  • 1 sdm maple sirup
  • 1 sdm bawang putih cincang
  • 1 sdm nutritional yeast
  • 1 sdm parsley kering (Daun seledri)
  • 1/2 sdt bubuk bawang putih
  • Garam secukupnya.

Cara membuat :

  • Bahan roti no. 1,2 dan 3 dicampur dan diaduk sampai merata. Kemudian disisihkan.
  • Bahan no. 3,4, dan 5 dicampur di wadah yang berbeda. Kemudian didiamkan kurang lebih 10 menit (sampe ragi aktif dan berbuih).
  • Bahan 6,7,8,9,10 dicampur dan masukkan step 1 dan 2 tadi kemudian diulen sampai kalis.
  • Diamkan adonan hingga 1 jam dan tutup dengan kain.
  • Setelah itu bagi adonan dengan ukuran yang diinginkan. Lalu diamkan dan cover kembali selama 30 menit.
  • Campur bahan no. 11 dan 12. Setelah itu oleskan ke rotinya sebelum masukin ke oven.
  • Bake dengan suhu 170 derajat celcius selama 40 menit.
  • Setelah itu belah roti menjadi 6 bagian. Kemudian isi dengan bahan II tadi menggunakan piping bag.
  • Lalu siram bahan III diatasnya.
  • Bake kembali selama 10 menit dengan suhu 160 derajat celcius.

PS : Roti yang saya buat sebagian saya sisihkan untuk dijadiin bun burger. 🙂

A letter

Dear Saskia,

Today is the day. A day is not necessary to celebrate, right? A day in a year that turning you digest more and more what you have been through. Three decades is not a short journey, isn’t it? Just so you know, you are doing amazing, Saskia!

Oktober.

Oktober tahun ini bisa menjadi bulan yang mungkin tidak kamu favoritkan, Saskia. Saya tahu, seandainya saja pandemi ini tidak ada, pasti kamu sudah merencanakan satu trip spesial bukan? Tapi tahukah kamu kalau Tuhan dan alam semesta ini lagi menegur kita semua. Iya, semua. Ingat, bukan hanya kamu yang terpisah dari keluarga di tanah rantau, bukan hanya kamu yang harus mencoba segala cara biar tetap waras dan bukan hanya kamu yang tinggal, hidup sebatang kara di satu ruangan kecil sampai berbulan-bulan. Marah, tak mengapa. Kesal, itu wajar. Ingat nggak bukunya Robin Sharma yang kamu baca baru-baru ini, Dia bilang “see your troubles as blessings”. Jadi nggak usah bersedih, jadikan momen ini lebih membentuk dirimu menjadi lebih baik lagi. Akan ada hikmah dari semua ini, percayalah. Dan sikap apa sebaik-baiknya untuk deal dengan itu? ….. Sabar.

Katamu sudah sabar? coba tambah lagi sabarnya. Mbo’ kamu itu, loh, wes wajar kalau ada rencana hidup yang tak berjalan sesuai harapan, wajar jika ada mimpi yang belum tercapai. Sekarang kamu fikir lagi, yah? Tiga dekade kamu bertumbuh menjadi perempuan yang sangat luar biasa, loh. Banyak orang-orang yang seumuran kamu belum mengenal dirinya sendiri ditambah mereka hidup dengan orangtua kandung mereka sedari lahir. Banyak hal yang mereka dapatkan dihidupnya tapi take it for granted. Kamu, iya kamu, memilih bibit-bibit kebaikan tumbuh dalam dirimu itu, you appreciate little things, tau diri dari keluarga yang nggak punya, nggak manja minta ina inu, meskipun dalam keadaan susah tapi nggak membuat kamu berhenti belajar, nggak membandingkan dirimu dengan orang lain, nggak membiarkan dirimu itu tumbuh menjadi manusia yang bodoh. Bisa jadi pencapaianmu saat ini adalah balasan yang dikasih Tuhan ke kamu atas kebaikan yang pernah kamu lakukan di masa lampau. Tuhan ngasih sahabat yang suportif, masih bekerja, sehat rohani dan jasmani, mau makan ada, nggak iri atas pencapaian orang lain, bisa menjadi diri kamu sendiri. Selain itu juga pernah diberi kesempatan untuk belajar ke luar negeri secara cuma-cuma. Dari silsilah keluarga, nggak pernah ada satupun anggota keluarga yang pernah merasakan itu, kan? Hanya kamu, Saskia. Mungkin saja ada orang diluar sana yang menginginkan kehidupan seperti yang kamu punya sekarang. We never know. Dan sikap apa sebaik-baiknya untuk hal ini? …… Bersyukur.

Kalau soal bersyukur, nggak diragukan lagilah. Wong di atas gojek aja masih sempat dzikiran. Jalan ke pasar tetap melafalkan syukur kepadaNya. You are a grateful person that I’ve ever seen, Saskia. Tetaplah selalu berterimakasih. Tetap rendah hati dan baik ke semua orang. Semoga doa-doa buatmu dari anak yatim yang kamu santuni selama ini terkabul, orang-orang yang kurang mampu, yang pernah kamu tolong semoga diam-diam mendoakan kebaikan buat kamu. Ditambahkan rejekimu, diberkahi umurmu, diperlancar urusan dan kerjaanmu, dihindarkan dari fitnah dan penyakit hati. Yakinlah ada balasan yang jauh lebih baik dijanjikan olehNya suatu saat nanti, tak diduga dan tak disangka. Aamiin, yah, Neng. Ingat kata orang bijak “Do good and good will come to you”

Yes, kalimat itu memang selayaknya ditanamkan sejak pikiran. Heran juga, yah, kog ada manusia yang masih jahat? Emang susah jadi baik, yah? Padahal ngasih senyum aja, itu udah powerful thing banget. Tapi namanya manusia, yah, Ndo’. Intine, tetap baik aja ke semua orang. Meskipun sebaik-baiknya kita, pasti ada aja yang nggak senang. Nabi aja banyak hatersnya. Apalagi kamu ahaha. Jangankan orang lain, yang pernah masuk ke inner circle kamu aja yah, nggak suka kamu. Udah ditegur tapi masih aja menjelek-jelekkan, yah sudahlah yah. Sesungguhnya orang yang menyindir, menyinggung, menertawakanmu di publik/sosmed, itu sebenarnya adalah orang yang menunjukkan sifat mereka sendiri. Bukan kamu. Kata orang bijak lagi nih, “Never let anyone belittle you. Their unkind words are a reflection of their truth, insecurities and what they wish for you to be.” Dan sikap apa sebaik-baiknya untuk deal dengan itu? …. Diam dan forgive yourself for allowing them to hurt you, dear.

Umur berapa sekarang? 31, yah? No matter how old are you, mau single tahun ini, enjoy it. Nggak perlu khawatir, nggak perlu minder, nggak perlu dengerin apa kata orang lain (emang lu nggak mikirin, sih, yah). Ada yang baru menemukan jodohnya di usia 40an, ada yang nikah di usia 19 tahun. Timeline kamu dan mereka berbeda. Jangan mau nikah karena untuk mengubah status doang atau butuh validasi orang lain, pelarian atau sekedar menghilangkan kebosanan. Nikahlah saat kamu siap. Nikah itu bukan skedar ngewe’, tapi bring you to the next level. Level sabar, level peduli, tanggungjawab, etc. Santay ajalah. Ingat tadi saya bilang apa? Rejeki sebagai bentuk balasan kebaikanmu bisa datang kapan saja dan nggak disangka-sangka, termasuk mungkin Tuhan menghadirkan kamu dengan orang baru, besok atau lusa? life is full of surprises, dear. Intinya tetep inget kata penulis andalanmu, om Paulo Coelho “Hiduplah secara sederhana. Bermimpilah yang besar. Bersyukur. Berilah cinta. Tertawalah yang banyak.”

Ngomong-ngomong soal tertawa… Ah jadi ingat, Saskia kecil puluhan tahun lalu manjet pohon kedondong diserbu ama semut-semut besar sampe badan benjol semua, pulang sekolah jatuh di got karena banjir (jalannya ng’ keliatan soalnya), sengaja numpahin sebagian minyak tanah di jalan karena keberatan (jalan bawa jeriken dari warung ke rumah yang lumayan jauh untuk anak kecil berumur 10 tahun). Diketawain sama orang rumah, yah ikut ketawa jadinya. Pokoknya dibawa ketawa aja. Maklum, udah susah, kalau nggak ketawa jadinya stress. Mungkin orang-orang rumah waktu itu pake metode Just laughin’ it, dude! . Apalagi pas SMA udah ketemu yang namanya Si Nino, kelar dah tuh. Tapi efek dari ketawa-ketawa itu ternyata keliatan, kan? You are looking younger than your age. Konon katanya, ketawa bisa bikin orang awet muda. Buktinya, orang-orang yang kamu temui di US kemaren, nggak satu dua orang yang bilang usiamu 21 tahun. Nenek angkatmu bilang 19 tahun, kakek angkat bilang 20 tahun. Bahkan teman di tempat kerja sekarang ada yang ngira kamu 25 tahun. Dan masih banyak orang-orang lain yang pernah kamu temui and they guessed it wrong! LOL That’s a good thing, right?

Haaa, kalo dipikir-pikir, seru juga,yah, inget kenangan-kenangan doeloe. It’s been a great journey and still counting.

Yowes mandi dulu sana, eh, saya punya ide, gimana kalau besok kita bagi-bagi beras lagi sekalian buat kue?. Tapi sepedanya dibawa ke bengkel dulu atuh, Neng. Satu juga, tuh artikel buat Mojok dirampungin. Ya kali aja dimuat, kan? mayan tambahan buat beli blender baru. hahaha. Kamu jaga kesehatan, doain keluarga, teman-temanmu, boss kamu, tetangga yang berduka, orang-orang diluar sana yang berjuang keras untuk melanjutkan hidup disituasi seperti sekarang. Doain biar kamu tetep bekerja, nggak di PHK (amit amit). Dan yang terpenting, semoga bumi ini lekas pulih kembali dan Corona menghilang biar kamu bisa melanjutkan petualangan hidup yang jauh lebih seru lagi. YES?

Selamat ulang tahun!

Love you,

Saskia

Carrot Cake

Pic : Koleksi Pribadi

Selamat hari Rabu, hari terakhir di bulan September. I hope you are stay well. Anw, pagi ini saya mau share satu kue yang saya buat dengan tangan saya sendiri, resep masih nyontek tapi :p Namanya carrot cake.

Dari namanya sudah jelas, yah, main ingredientnya adalah wortel. Menurut saya, kue ini masih jarang dijual di bakery atau toko-toko kue yang ada di Indo. Nggak tahu kanapa, padahal kue ini lumayan gampang bikinnya dan rasanya pun enak. Hasil seloyang yang saya buat waktu itu lumayan banyak dan nggak mungkin habis dimakan sendiri, alhasil saya bagiin ke temen kantor.

So here is the recipe (dikutip dari Youtube)

Bahan:

200g tepung serbaguna

1 sdt baking soda

2 sdt baking powder

100 gr kacang tanah yang dicincang, atau boleh pakai almond

200 gr brown sugar

125 gr wortel parut

50 gr kismis

300ml susu nebati (susu kedelai atar susu almond

50 ml minyak kelapa

Cara membuat:

Gampang banget. Cuman mix semua bahan sampai semua menyatu dan nggak ada gumpalan. Masukkan ke loyang yang sudah di olesi butter atau minyak dan tepung. Masukkan ke oven, baking sampai 35-45 menit api kecil dengan suhu 170 derajat celcius. Cara ngecek jika sudah matang atau nggak, pakai tusuk gigi, kalau kering berarti kue dah siap dikeluarkan dari oven. Abis itu dinginkan di cooling rack dan taburi gula bubuk diatasnya (optional). Kalau nggak suka gula bubuk, pakai icing juga boleh. Tergantung selera.

Bagaimana? mudah bukan cara membuatnya. *alaIbuSiskaSoewitomo

Matcha Donut

Pic : Koleksi Pribadi

Donut Worry! It’s edible, everybody!

Who loves matcha? Buat yang doyan matcha, kudapan ini cocok buat kalian. Tadinya nggak kepikiran pengen bikin donat yang ribet, karena saya sukanya donat ala kampung gitu. Pake gula bubuk trus dishake. Etapi, kebetulan saya punya matcha powder, jadinya cari dong resep yang bahan utamanya matcha. Dari beberapa resep yang saya liat, saya langsung tertarik pada Dia donat matcha. Wah, boleh juga, tuh. Langsung buka YouTube auto nyari yang versi vegannya. BUANYAK ternyata. Goksssss bangetttt. Oh iya, bubuk matcha kaya akan manfaat, loh. Bisa bikin mood jadi bagus, kandungan antioksidannya tinggi, baik untuk kesehatan jantung dan hati dan bisa mencegah kanker. Bubuk matcha yang saya gunakan adalah yang organik dan belinya di Shopee.

Alright, so donat yang saya buat nggak digoreng melainkan dipanggang pake oven. Oven yang maha dahsyat, oven tangkring 😛 Loyang donat udah ada, bahan baku juga lengkap. Jadi nggak ada alasan lagi nggak bikin donat ini. So, let’s jump up to the recipe. Again, resep saya sontek dari salah satu video di Youtube (thetastyk.com).

Bahan:

  • 1 cup tepung terigu serbaguna (saya pakai merk cakra kembar)
  • ¼ cup gula kelapa
  • 1 sdm bubuk matcha
  • 1 sdt baking powder
  • ½ sdt baking soda
  • Sejumput garam
  • ¾ cup susu nabati (saya pakai soy milk)
  • 1 sdt cuka apel
  • 2 sdm sirup maple
  • 2.5 sdm minyak kelapa
  • ½ sdt vanila ekstrak
    Bahan untuk Glazenya :
  • 1 cup gula bubuk
  • ¼ sdt bubuk matcha
  • 1 sdt lemon juice
  • 1 sdt susu kedelai

Cara membuat:

  1. Panaskan oven 175 derajat Celcius dan olesi loyang donat dengan butter/minyak.
  2. Masukkan bahan kering di mangkuk dan aduk merata. Lalu di mangkuk yang berbeda masukkan susu cair, cuka apel, vanila ekstrak, minyak kelapa dan sirup maple. Aduk hingga semua menyatu. Lalu masukkan ke campuran bahan kering tadi (tepung, gula, garam, baking soda, baking powder, garam dan bubuk matcha). Aduk lagi hingga merata. Jangan terlalu posesif eh overmix maksudnya.
  3. Tuang adonan ke loyang dan isi hingga 2/3 dari loyang yang dipakai. Masukkan ke oven dan panggang hingga 8 menit.
  4. Setelah itu keluarkan donat dari oven dan letakkan di cooling rack.
  5. Untuk glazenya, campus semua bahan dan aduk menggunakan whisk. Setelah itu tuang, deh, di atas donat. Jangan lupa biar dramatis dikit, taburkan sedikit bubuk matcha di atasnya. Voila! Siap disantap. *winked