BITTER SWEET MOMENTS TRIP DI INDIA

Saya menyebut perjalanan saya di India sebagai spiritual journey. Meskipun terbilang sangat, paling dan singkat bingit tetapi banyak momen spesial yang saya rasakan selama berada di sana. Mulai dari Kota Kolkata, New Delhi, Agra, Chennai dan Trichy. Momen atau hal-hal yang menurut saya harus saya tuangkan ke dalam cangkir blog :

becak di India
becak di India
  • Di India nggak ada tongsis, mungkin ada tapi nggak yakin ketika hampir di mana-mana semua orang lokal melihat kami ketika tongkat nirmala ini dikeluarkan.
  • Jatuh cinta dengan ice cream harga 2 ribu yang berlabel Mother Dairy. Ice cream yang pertama kali saya makan di kereta menuju New Delhi. Rasa Vanillanya begitu enak dan bikin ketagihan. Waktu ke Taj Mahal, saya sempatkan beli ice cream itu di kios-kios sekitaran arah pintu masuk. Teriknya matahari langsung nggak berasa setelah ice creamnya lumer di lidah saya. *dramatis
  • Harus poop terpaksa di bandara Kolkata. Biar nggak rempong nyari WC di luar bandara. Secara gambaran India kan jorok jadi mending nyetor di bandara dulu sebelum keluar.
  • Diburu sama penjual tas di central park New Delhi.
  • Cantumin alamat di buku resepsionis di beberapa guest house yaitu JL. TRALALA TRILILI no. 3 –INDONESIA.
  • Pengemis di hari raya Idul Fitri naujubile banyaknya.
  • Ditipu penjual hena. Harga 10 ribu, motifnya cantik banget, katanya tahan sampe 3 minggu. Eh baru 4 hari sudah luntur. Tanganpun keliatan nggak cantik lagi, mirip daki yang nempel. *iiichh
  • Penjual sari bilang saya mirip orang India dan katanya lagi, tangan saya lembut banget. *Modus biar sarinya laku kali.
  • Kasih uang 2.000 dan 5.000 ke teman sebagai oleh-oleh.
  • Ketemu petugas kereta api dengan nama “ SANJAY KUMAR
  • Pasang hena dikirain mau merried alias TAKEN.
  • Batalkan puasa karena nyaris pingsan ketika berjalan menuju Lotus temple. Saat singgah di warung makan obat, minum, eh tau-taunya ada seorang laki-laki yang pipis di tanaman. *arrgh
  • Menyanyikan lagu India bareng teman India saya. Mereka heran kog bisa tau lagu India sampe-sampe merekam kami, loh.
  • Nyari penginapan dini hari mutar-mutar naik bajaj.
  • Dikasih makan gratis sama penjual sari.
  • Beli gelang yang ukurannya ternyata buat anak SD. *tepok jidat.
  • Naik kereta selama 32 jam nonstop.
  • Pakaian khas yang saya kenakan luntur saat kehujanan di Taj Mahal.
  • Dapat tempat tinggal gratis di guest house yang kece banget di Chennai.
  • Dilarang masuk kuil karena lagi M. Padahal di Chennai banyak kuil-kuil yang bagus untuk dikunjungi. Konon katanya, kalau lagi M dan mengunjungi kuil bakal dapat celaka baik orang yang kita temani maupun diri sendiri. *hiks
  • Suara klakson kendaraan disetiap sudut India kencang membahana.
  • Bau pesing dimana-mana. Sampai-sampai hidung saya lama kelamaan sudah terbiasa dengan aroma ini. Pernah pas turun dari bus di Terminal Trichy, eh tau-taunya ada laki-laki langsung main buka aja. 
  • Ditipu supir bajaj. Tadinya harga 100rupe, eh malah ngambil 150rupee. 
  • Sahur dan shalat Subuh di kereta dekat WC dan sempit. *nasib
  • Dapat guide kakek-kakek supir bajaj yang super baik di Agra.
  • Buku bajakan dimana-mana. Jangan salah, buku bajakan dari hampir semua yang hits di dunia semua ada di India. Waktu itu saya beli dua buku cuman 40ribu saja. (ambil jurus menawar barang). “I am Malala” dan “The Fault in Our Stars” akhirnya jatuh ke pelukan saya.
  • Beli tiket seharga 5 rupee buat nyebrang doang di New Delhi stasiun. Kami bertiga salah masuk gate, jadi cara untuk ke luar ke gate lain adalah membeli tiket. Stasiun New delhi itu luas dan memiliki beberapa entrance. Waktu itu kami turun dari bus yang salah arah menuju ke tempat penginapan kami. Bukan entrance yang itu, jadi untuk ke entrance lain dekat Main Bazaard harus beli tiket buat nyebrang. Ckckc
  • Makanan India bisa saya nikmati salah satunya karena berkat si sambal pedas Indofood. Betul-betul penetral dan bikin saya lahap. *terima kasih Tongfang Indofood
  • Cobain burger grilled chicken sasala di McD New Delhi dengan teman lokal.
  • Buang satu tas jinjingan isinya baju, celana dan sandal jepit di bus sentral Trichy.

THAT’S ALL !

 

 

 

MERAYAKAN HARI RAYA IDUL FITRI DI INDIA

adik-adik yang lucu
adik-adik yang lucu

Moment paling sakral di keluarga muslim itu adalah lebaran Idul Fitri. Hampir seluruh stasiun swasta meliput jutaan penduduk yang mudik untuk berkumpul bersama keluarganya. Tiket semua jalur transportasi LUDES jauh-jauh hari. Peristiwa seperti itu sudah mendarah daging di tanah air. Saking pentingnya moment “BERKUMPUL” sanak saudara inilah yang sedikit membuat saya menjadi bahan PEMBICARAAN di keluarga besar saya.

Bagaimana tidak? 4 hari sebelum hari Raya saya sudah harus lenyap di tanah bumi pertiwi (ceilah). Bukannya saya congkak , anak durhaka, tidak sopan, egois, tapi karena moment ini lah yang mengharuskan saya untuk pergi, mengingat ada hari libur bersama ditambah dengan jatah cuti saya.

Saya dan teman saya menghabiskan beberapa hari di NEW DELHI. Kota yang satu ini memiliki banyak hal-hal yang menarik untuk diketahui. Keputusan untuk berlebaran disini adalah karena di kota inilah Mesjid Jama berada. Mesjid tua terbesar di India. Perayaan hari lebaran di India ditetapkan jatuh pada tanggal 29 July 2014, sehari lebih lambat dari Indonesia.

Bangun jam 7 pagi (feeling sudah telat untuk Shalat Ied) dan cepat bergegas menuju ke masjid Jama. Kami bertiga mengandalkan bajaj untuk urusan memburu waktu seperti ini. Untuk ke metro pun sudah pasti membuang waktu. Supir bajaj deal dengan harga 100 Rupe. Sekitar 17 menit,belum turun dari bajaj sudah terlihat berbondong-bondong orang yang keluar dari arah jalan gate mesjid. Yahhhh… telat !!

WE MISSED IT ! Lol

Mesjid Jama sudah di depan mata.Kami pun menuju ke pintu masuk masjid. Mesjid ini memiliki 3 pintu utama, 3 kubah besar dan batu bata yang dominan. Salah satu warisan abad silam ini membuat saya excited menginjaknya. Melepas alas kaki dan menikmati pemandangan yang begitu menyentuh hati. Berdiri gagah dengan tiang,kubah dan menara yang menyertainya. Terlihat umat muslim dari berbagai penjuru, gerombolan merpati yang datang kesana kemari, sekumpulan wartawan,pers dan tourist yang mengitari masjid. Muslim di India terbilang sangat banyak dan merupakan agama kedua terbesar yang dianut setelah Hindu.

Kami berpencar di dalam bangunan itu. Terlihat Ahmad sedang melihat-lihat dinding masjid, Fia yang sibuk bercengkrama dengan wartawan, dan saya sendiri yang sibuk dengan merpati-merpati yang lagi lahapnya makan. Di halaman masjid terlihat sekumpulan umat Islam yang berarak layaknya demonstrasi mahasiswa yang berorasi dan memegang spanduk “ PRAY FOR GAZA”. Pemandangan ini cukup menarik dan membuat saya dan Fia sampai-sampai meminjam satu spanduk untuk FOTO bersama

pray for Gaza
pray for Gaza
MAAF LAHIR BATIN
MAAF LAHIR BATIN
BANGUNAN TAMPAK LUAR
BANGUNAN TAMPAK LUAR
Di dalam mesjid
Di dalam mesjid

Setelah beberapa jam kemudian, kami bergegas untuk mencari makan. Yah, MENCARI MAKAN. Kalau di rumah biasanya MAKANAN yang menunggu untuk dilahap, tapi di India , beli dan cari sendiri. Tadinya kami bertiga ingin ke KBRI setelah shalat, tapi kami putuskan untuk mencoba menyicipi sajian makanan lebaran yang ada disekitar masjid Jama.

Sepanjang jalan terlihat berbagai macam penganan dan minuman yang tersedia.Hampir semua warung dipenuhi dengan jamaah. Kami bertiga singgah di salah satu warung muslim yang menu makanannya terlihat menggiurkan. Jatuhlah pilihan saya pada menu Briyani dan Chicken Kurma (75 Rupee). Menu ini sama sekali belum bisa menggantikan nikmatnya opor ayam dan ketupat. #akurapopo

mari --mari---
mari –mari—
kue kue
kue kue
Briyani dan chicken kurma
Briyani dan chicken kurma
Tepat di depan tempat saya makan
Tepat di depan tempat saya makan

Setelah makan kami kembali ke penginapan kami (by tuk tuk) karena ingin berkemas untuk mencari penginapan yang baru. Sedikit menyesal juga sih tidak sempat mengikuti shalat Ied, tapi paling tidak sudah melihat suasana berlebaran di India seperti apa. Semoga suatu saat nanti, bisa kembali dengan future husband dan berlebaran di tempat ini. AAMIIN.

 

 

NUMPANG LEWAT DI TIRUCHIRAPPALLI

TRICHY

Kota terakhir yang saya kunjungi selama traveling di India. Kota yang bisa dibilang paling Selatan ini menjadi kota penutup dengan kejadian yang menegangkan. Tiket pulang saya adalah tanggal 3 Agustus 2014 pukul 11:45 malam dari bandara Tiruchirappalli (Trichy) ke Kuala Lumpur. Tanggal 3 saya masih berada di kota Chennai. Jarak dari kota Chennai ke Trichy jika ditempuh bus sekitar 6 jam perjalanan dan 7-8 jam jika menggunakan kereta.

Saya seharusnya berangkat ke Trichy dengan kereta dan seharusnya juga saya tiba disana pukul 4 sore (biar bisa jalan-jalan). Akan tetapi, kenyataannya berbeda.

Tiba-tiba pagi hari teman saya mengabarkan bahwa tiket yang dibeli di agen travel kemarin malam (tanggal 2 Agustus) ternyata memberitahukan bahwa kereta yang akan berangkat ke Trichy sudah full (tiket yang dibeli ternyata cadangan aja). Pokoknya dah nggak ngerti lagi deh.

Udah jam 11 siang masih di Chennai dan masih belum mendapatkan tiket. Udah nggak mungkin cari kereta lagi. Waktu itu juga saya beli tiket bus ( ekslusive) di agen travel yang saya datangi kemarin malam. Uang tiket kereta di refund dan beli buat tiket bus. Bus dijadwalkan akan berangkat jam 1 siang. Waduh, sudah mulai panas, was-was, takut molor lagi. Kata agennya, bus akan tiba di Trichy jam 7 malam. Meskipun masih ada jeda ke airport, tapi tetap saja saya panik. Lah kalau bus ada apa-apanya di tengah jalan, trus macet, trus ketinggalan pesawat, nggak punya duit buat beli tiket pulang, dideportasi, digantung mama. *autopanik

Setelah beli tiket, saya dan teman saya akhirnya tanpa makan siang langsung berangkat ke terminal. Jarak dari tempat saya beli tiket bus naudzubillah jauhnya. Terik matahari sangat menyengat, diboncengin nggak pake helm lagi. Sekitar sejam naik motor, kami pun mencari-cari dan bertanya bus yang akan berangkat ke Trichy. Setelah memperlihatkan tiket yang saya miliki ke orang-orang di terminal, Alhamdulillah busnya ketemu. Saya pun berpisah dengan teman saya (say thanks and gave him a big hug). Kalau nggak ada Dia, udah nggak tau lagi nasib saya gimana. 

Jam 1 bus belum belum juga berangkat. Dugaanku tepat. Ini nih yang saya takutkan. Saya adalah penumpang pertama yang naik ke bus. Busnya sangat bagus dan bersih. Pokoknya VIP banget. Kelas sleeper, AC dan sangat nyaman. Tiga puluh menit menunggu akhirnya semua penumpang masuk ke bus. Perjalanan awalnya terasa menyenangkan meskipun sedikit menjengkelkan karena busnya berhenti 2 kali (ngambil penumpang dan tempat makan).

 Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, saya pun belum melihat plang Tirichy di pinggir jalan. Sumpah, demi Allah saya panik, sudah mulai resah, gelisah pokoknya. Saya pun mengecek google map di ponsel saya. Ternyata dan ternyata masih 2 jam 40 menit lagi. Oh my God! Fasilitas yang saya dapatkan di bus tidak senyaman dengan perasaan saya waktu itu apalagi melihat plang Tiruchirapphalli –>11 km. Ngecek jam, 8:34 pm. Ya Allah, tolong hambamu ini.

Dan akhirnya yang dinantipun muncul,  plang “selamat datang di Trichy. Lagi dan lagi, jarak ke bus sentral dari plang itu masih saya tempuh hampir sejam tambah macet parah. Perasaaan saya sudah mulai kacau, mau mengumpat juga ama siapa, rasanya udah mau nikam supirnya muntah.

Sudah hampir menunjukkan pukul 10 malam. Tibalah saya di bus sentral, dan Alhamdulillahnya tiba-tiba ada 1 sms dari teman yang sempat saya kontak jauh-jauh hari sebelumnya.  Dia menanyakan saya di mana, pesawat jam berapa. Alhasil, kami pun bertemu, tanpa basa basi, teman saya langsung mengambil ransel kecil saya dan bruuumm naik motor ke airport dengan kecepatan 90 km/jam. Bayangkan saja, backpack saya sudah kebanting ke sana kemari, jantung terasa sudah mulai copot, sampai tidak sadar air mata saya keluar saking kencangnya. Jarak dari stasiun bus ke airport adalah 6 km, normalnya di tempuh 20-25 menit dengan taxi (diluar macet). Tapi, waktu itu hanya ditempuh ±8 menit.

Tiba di Airport Tiruchirapphalli, saya lalu berpamitan dengan teman saya. Mengucapkan terimakasih banyak telah monolong dan meminta maaf karena nggak ada waktu untuk ngobrol.  Beruntungnya, Dia sangat mengerti keadaan saya waktu itu dan he said  “hope to see you again”. Akhirnya saya masuk dengan buat check-in dan pas tiba di security check, ransel saya dibongkar soalnya ada yang mencurigakan katanya. Waduh drama apa lagi ini, Tuhan. Saya tetap dan berusaha untuk tenang, tidak panik meskipun jantung berdetak diatas normal. Cek per cek ternyata yang kedetek adalah tongsis saya. 

Setelah lolos dari imigrasi dan security check, saya pun menuju ke ruang tunggu dan bergegas menuju kios buat beli makan. Lapar tiba-tiba muncul, ya maklum nggak makan seharian saking paniknya. Rencana tinggal rencana. Harapan untuk mengunjungi Rock Fort dan menyicipi Maakali Kizhangu tak tercapai.

MALAM MINGGUAN DI INDIA GATE

If you are single, there is always one thing you should take out with you on a Saturday night..Your Friends   – Sarah J.Parker

my best company
my best company

Malam minggu bersama teman terbaik di India gate. Sebenarnya Saturday night bukan satu malam yang harus hangout,bukan malam yang harus kencan dan bukan hari yang sakral bagi saya. Tapi kali ini, entah mengapa malam minggu di India gate bisa dibilang one of the best Saturday Night that I’ve ever felt.

Jadi, sebenarnya saya tidak menyangka untuk bisa ke tempat ini di Delhi. Teman saya yang mengajak saya untuk kesana. Sore hari kami tiba disana dengan perasaan yang sedikit lelah setelah seharian berkeliaran di Delhi.

ITU DIA
ITU DIA

India gate sepintas mirip dengan Art de Thriump-nya Paris. Persamaanya adalah keduanya adalah bangunan yang monumental. Art de thriump dibangun untuk memperingati kemenangan seorang jenderal atau peristiwa publik penting. Bangunan itu disebut juga dengan pelengkung kemenangan. Ada beberapa negara yang juga memiliki bangunan seperti itu. Misalnya saja di Rusia disebut dengan Red Gate, di Inggris dengan Wellington Arch-nya. Sementara India Gate dibangun sebagai peringatan perang terbesar yang pernah ada di India. Jadi, ada sekitar 90.000 tentara yang berjuang dan kehilangan kehidupan di Perang Dunia I dan perang Afganishtan.

NAMASTE
NAMASTE
HE MADE IT !
HE MADE IT !

Banyak orang lokal maupun turis yang berkunjung ke tempat ini. Di sekitar India Gate terdapat halaman yang luas dan hijau. Tempat yang sangat cocok digunakan untuk berelaksasi, bermain, bersenda gurau dengan teman dan keluarga. Dan apa yang saya lakukan?

Hena time !tau kan hena? Salah satu body art khasnya orang India. Bukan India kalo nggak ada henanya.Sebenarnya hena itu digunakan ketika si perempuan udah mau merried. Nggak masalah sih, biar dicap TAKEN 😛 Pilih model sesuka hati, tahan sampai 3 minggu dan 10 ribu rupiah saja kata si Mba’nya. Dengan lihai dia mengukir tangan saya dalam waktu 3 menit. Padahal motif yang saya pilih dari album henanya sedikit rumit. Mungkin sudah kerjaanya jadi lancar begitu.

Setelah berhena ria, perlahan-lahan matahari pun tenggelam, sunsetnya cukup cantik dan teralihkan dengan cahaya dari India gate. Malam minggunya semakin asik.

Saya pun ikut bermain bola dengan little girl yang tepat duduk di samping saya. Dia bersama orangtuanya sedang berpiknik. Kenapa saya bermain? Karena kurang kerjaan? Suka anak kecil?atau suka bola?Nggak juga. Saya ikut main karena si anak kecil lucu itu menendang bola ke arah saya. Dan yeah..apa salahnya jika bebagi kegembiraan sedikit,paling tidak membantu orang tua si ade’ ini berdua-duaan _huallaaah. Jadi waktu itu sekitar hampir 15 menit saya bermain dengan dia. Dia yang menendang bola saya yang mungut.

*jauh amat mainnya ginian*

 

HENA
HENA
FIA LAGI LEYEH LEYEH MANJA
FIA LAGI LEYEH LEYEH MANJA
LITTLE INDIAN
LITTLE INDIAN

 

Malam minggu duduk berjam-jam di atas rumput, depan India Gate, dengan teman-teman terkasih di jantung kota New Delhi adalah perasaan yang begitu uplifting. I love my Saturday night, I love the air of India gate, I love YOU GEMBELS !

 
 

SUASANA KERETA API DI INDIA

Transportasi utama paling favorit di India adalah kereta api. Penduduk yang milyaran dengan negara yang luas membuat transportasi ini massive digunakan. Saya salut dengan system kereta disana, sangat bagus dan terkontrol. Beda jauh dengan yang ada di negara sendiri. Meskipun tampang gerbongnya kumuh, berkarat tapi sangat membantu saya selama traveling disana. Untuk menikmati kereta disana bisa booked tiket jauh-jauh hari sebelum berangkat disini. Nanti jika sudah masuk ke Clear Trip, kamu bakal disuguhkan dengan satu tahap yang sedikit ribet yaitu IRCTC ( Indian Railway Catering and Tourism Corporation). Kita harus membuat akun dan harus ada pihak ketiga yang terlibat, tidak lain tidak bukan adalah orang lokal, yeah orang India bukan orang gila. haha Kalau punya teman atau kenalan disana, malah lebih bagus. Bisa pinjam atau pakai akunnya.

Kenapa hal ini harus terjadi ???*ala-ala FTV

Dikarenakan pihak IRCTC mensyaratkan data berupa email dan nomor telepon India (+91) plus 10 digit nomor. Data-data tersebut nantinya diinput biasa, seperti ketika kita mendaftar di Clear Trip. Nah dari situ nantinya akan dikirimin 2 password untuk verifikasi akun. Satu password buat Email dan satu lagi ke nomor yang dipakai saat registrasi. Setelah verifikasi, nanti akun IRCTC akan langsung tersinkronisasi dengan Clear Trip. (REMPONG KAN?) Mending go show aja kaya saya ,nggak usah booked hihi

Takut kehabisan? Itinerary buyar? 

Jangan putus asa dulu, sistem perkeretaapian di India  bagus. Ada kuota untuk turis disebut tatkal meskipun sedikit lebih mahal yah dibanding tiket biasa. Jadi ada kelas-kelas kereta api disana. Nih, saya akan mengurut dari paling kumuh ke elit.

  1. 2nd Seat, duduk nggak boleh baring,tanpa ac,nauzuh bila aromanya
  2. Sleeper, tanpa ac,ada kasur,acak
  3. First Class, tanpa ac mirip sleeper
  4. AC chair car
  5. AC 3 tier, berpasangan tiap kompartmen,pakai ac, ada tirai,tidur 3 baris da nada nomor kursi
  6. AC 2 tier , mirip AC 3tier cuman semuanya berduaan aja
  7. AC first Class, sama Cuma ditambah pelayan aja.

 

Saya udah sempet nyoba tipe kereta nomor 1,2 dan 5. Ketika saya ingin ke dan dari Agra, ke New Delhi, dan ke daerah India Selatan, Chennai-Tamil Nadu.

Waktu ke Agra, saya dapatnya tiket sleeper. Jadi lumayan bagus. Sistemnya acak, jadi kalau ada yang kosong di kompartmen tinggal duduk saja.Kalo nggak dapat tempat kosong, yah berdiri. Jendela tidak bertirai, langsung dengan trali besi,sangat panas dan sedikit bau. Pulang dari Agra, kami membeli tiket general. Kami nggak tahu harus mau duduk dimana. Kami menuju ke kelas sleeper, dan dipimpong lagi ke arah depan gerbong. Tempat yang tidak lain tidak bukan semua orang India dengan beragam macam gaya disana. Sangat padat, panas,sesak,dan tidak bakal betah. Saya bertiga waktu itu belum naik kereta,baru mengejar dari luar dan sudah menciutkan kami untuk naik setelah melihat kelasnya. Kereta perlahan-lahan bergerak agakt cepat, sambil berdiri di luar gerbong kelas sleeper, kami bertanya keorang lokal yang berdiri di tepi pintu gerbong untuk memberikan kami izin untuk masuk. Sambil memelas dan berlari-lari kecil, akhirnya kami dibolehkan masuk. Dan LONCAT. LONCAT!

note :(ADEGAN INI TIDAK MEMAKAI STUNT MAN ! DONT TRY AT HOME!) huauau

 

Beda pengalaman lagi ketika saya ingin ke Chennai, daerah selatan India. Waktu itu saya berangkat sendiri. Sedikit cemas dan khawatir.Daripada harus menggunakan pesawat yang harga tiketnya mahal mending naik kereta. Saya beli tiket kereta kuota turis dari New Delhi ke Chennai seharga 2.200 rupee dengan kelas AC 3 tier, dan tahukah Anda berapa lama jarak tempuhnya? — 32 jam !!

Kebayang, kan jauhnya? Celakanya, malamnya saya mendadak demam dan mengigil entah kenapa. Mulai panik dan tidak tahu mau ngapain, tidur terganggu. Mungkin karena faktor kecapean angkat ransel sepekan lebih. Selama saya di kereta, makan jadi nggak enak, semua tetangga duduk saya di satu kompartmen itu laki-laki semua. 

32 jam itu lam, loh ! Berbagai macam stasiun yang saya lalui. Tidak pernah sekalipun turun dari stasiun karena semua keperluan makan ada di kereta. Saya kebanyakan tidur, kebetulan saya berada di seat yang paling bawah jadi enak, nggak terlalu mengganggu penumpang lain.

Pemandangan di kereta sudah membuat saya cukup tahu gimana rasanya kereta di India. Bagaimana suara-suara para penjual kacang, susu, gerbong, petugas kereta sampai dengan tipe-tipe penumpang. Kalian bisa lihat India itu gimana cuman dalam kereta.

 

So, sudah siapkah kamu merasakan sensasinya juga?

 

Jalur ke Chennai, jaooohhh banget!