Beberapa tahun yang lalu, ada satu keluarga yang pindah ke perumahan yang cukup popular di kota Bone. Dirwan adalah nama anak lelaki dari keluarga itu. Beralis tebal, kurus, bulu mata yang lentik, rahangnya kuat dan mata yang sayu. Ia akan masuk ke fakultas Hukum di salah satu Universitas swasta di kota itu. Ia juga keranjingan membaca sehingga menghabiskan sebagian besar waktu luangnya di perpustakaan kota.
Adalah seorang wanita sederhana, bersuara lembut dan murah senyum bernama Siska. Gadis yang kesehariannya sebagai petugas perpustakaan kota dan semua orang menyukainya. Dia sangat ramah terhadap semua pengunjung. Apabila ada pengunjung yang tidak mampu menemukan sebuah buku, ia akan menghentikan apa saja yang dikerjakannya.
Diam-diam Siska ternyata mengagumi Dirwan. Tiap kali Dirwan memasuki perpustakaan itu, kedua matanya bercahaya sampai mengamati Dirwan berjalan ke sana-kemari melewati tumpukan-tumpukan buku. Namun Siska tidak pernah memulai pembicaraan dengannya,begitu pula sebaliknya. Siska terbilang anak yang cukup pemalu.
Suatu ketika di petang hari, Siska bergegas menutup perpustakaan. Di saat dia membungkuk di salah satu meja, tiba-tiba ia menemukan sebuah amplop yang tergeletak di atas lantai. Dengan rasa penasaran, Ia pun memungut dan melihat amplop yang ternyata dikirimkan dari sebuah Universitas di kota itu.
“Tampaknya ini begitu penting, mungkin saja seseorang sedang mencari ini setengah mati” gumamnya dalam hati. Siska memandang sekilas alamat si penerima dan terkejut karena alamat itu adalah perumahan yang cukup dekat dari kediamannya.
Siska pun mematikan lampu,mengunci rapat perpustakaan dan bergegas pulang sembari membawa amplop tersebut. Setibanya di depan rumah yang tertera di amplop itu,ia pun segera menekan bel.
“Siapa ?” seru suara perempuan dari balik pintu.
“hmm.. saya Siska,.” Jawabnya
(pintu pun terbuka)
” Saya menemukan sepucuk surat di lantai perpustakaan dan kebetulan yang ditujukan untuk Dirwan Ramadhan. Ibu kenal dengan nama itu?” lanjut Siska.
“oh..iya..Dirwan Ramadhan itu adalah anakku.Dari tadi kami mencari surat itu. Jadi, suratnya terjatuh di perpustakaan?” seru Ibu itu sambil memandang Siska dari atas sampai bawah.
“ya Bu,” kata Siska. “Saya petugas perpustakaan,dan kebetulan saya tinggal satu blok dari perumahan Ibu,jadi saya pikir tidak ada salahnya untuk membawa surat ini”
“Ayo,masuk dulu,kita duduk-duduk sebentar sambil minum teh.” kata Ibu itu sambil tersenyum cerah
Sambil mengajak Siska ke kursi tamu, Ibu Dirwan berbicara tentang surat itu. “Kalau si Dirwan punya surat, pasti Ibu selalu simpan di meja dapur agar ia melihatnya kalau pulang. Kebetulan surat itu penting, jadi Ibu masukkan saja ke bukunya. “
Tiba-tiba saja pintu terbuka lebar dan masuklah anak lelakinya, Dirwan. Terkejut bukan main ketika melihat pria yang didepannya adalah pria muda yang dikaguminya selama ini. Jantung Siska berdenyut lebih cepat dari biasanya,bibirnya tiba-tiba kaku dan matanya tak berkedip. Ibu Dirwan pun dengan semangat menjelaskan kepada anaknya apa yang terjadi dengan surat itu.
Dirwan memandang Siska dengan kagum.
“Hahhhh! Yang dari perpustakaan itu kan?, Terima kasih yah..Nona e….,”
“Siska”.ketus Siska dengan lantang. Jantungnya masih berdegup-degup dan merasa yakin bahwa pipinya pun memerah.
Perkenalan pun berlanjut, Ibu Dirwan berjalan kesana-kemari mempersiapkan teh dan kue-kue.
Dan tiba-tiba saja Dirwan berkata, “bagaimana kalau Sabtu malam ini saya ajak makan malam di luar,hmm itung-itung terima kasih..Mau nggak?”
Sebelum Siska menenangkan nafasnya, Ibu Dirwan menyela “Sudah, bilang IYA saja ..”
Siska pun tertawa “Ya, dengan senang hati”
—-
Keakraban pun berlanjut sampai keduanya menjalin hubungan rumah tangga. Tepat setahun usia pernikahannya, Dirwan menceritakan kepada Siska,istrinya tentang dibalik cerita awal mereka bertemu.Mereka duduk bersama di anak tangga beranda menikmati secangkir teh hangat di malam hari.
Dengan lantang Dirwan berkata “khhmm… Jadi begini,dulu itu saya bukannya keranjingan membaca. Saya cuma pengen melihat kamu di perpus itu. Yah, karena malu dan tidak tahu bagaimana cara mendekati kamu, makanya saya beritahu Ibu tentang kamu. Ibulah yang akhirnya merancang skenario itu. Setiap ke perpus,pasti saya menjatuhkan amplop. Tapi ada saja orang lain yang memungutnya dan meneriaki malah mengejar saya mengembalikan amplop itu. Sampai pada akhirnya,saya yakinkan hanya tinggal kamu yang berada di dalam perpus dan menjatuhkan amplop itu dengan sengaja, dan tedennggg ternyata berhasil. ”
Sementara Dirwan menyampaikan kisah konyol nya itu, Siska pun tertawa histeris dan berkata
“Dirwan sayaaang, asal tahu aja yah, amplop yang kamu jatuhkan itu tidak terLEM dengan baik. Saya membukanya sebelum mengantarnya ke rumah kamu waktu itu. Dan tidak ada apa-apa di dalam surat itu kecuali kertas kosong. Saya menebak setengah mati apa yang akan saya lakukan,jadi yah kuikuti sajalah permainan itu. Kamu nggak sadar yah, kamu itu aktor yang buruk ” Siska memalingkan matanya yang berkedip-kedip sambil menyentil hidung suaminya.
Suasana pun pecah dengan suara tawa yang keras. Mereka berpelukan sambil memandang awan malam yang menabrak lembut sang rembulan.