Moment paling sakral di keluarga muslim itu adalah lebaran Idul Fitri. Hampir seluruh stasiun swasta meliput jutaan penduduk yang mudik untuk berkumpul bersama keluarganya. Tiket semua jalur transportasi LUDES jauh-jauh hari. Peristiwa seperti itu sudah mendarah daging di tanah air. Saking pentingnya moment “BERKUMPUL” sanak saudara inilah yang sedikit membuat saya menjadi bahan PEMBICARAAN di keluarga besar saya.
Bagaimana tidak? 4 hari sebelum hari Raya saya sudah harus lenyap di tanah bumi pertiwi (ceilah). Bukannya saya congkak , anak durhaka, tidak sopan, egois, tapi karena moment ini lah yang mengharuskan saya untuk pergi, mengingat ada hari libur bersama ditambah dengan jatah cuti saya.
Saya dan teman saya menghabiskan beberapa hari di NEW DELHI. Kota yang satu ini memiliki banyak hal-hal yang menarik untuk diketahui. Keputusan untuk berlebaran disini adalah karena di kota inilah Mesjid Jama berada. Mesjid tua terbesar di India. Perayaan hari lebaran di India ditetapkan jatuh pada tanggal 29 July 2014, sehari lebih lambat dari Indonesia.
Bangun jam 7 pagi (feeling sudah telat untuk Shalat Ied) dan cepat bergegas menuju ke masjid Jama. Kami bertiga mengandalkan bajaj untuk urusan memburu waktu seperti ini. Untuk ke metro pun sudah pasti membuang waktu. Supir bajaj deal dengan harga 100 Rupe. Sekitar 17 menit,belum turun dari bajaj sudah terlihat berbondong-bondong orang yang keluar dari arah jalan gate mesjid. Yahhhh… telat !!
WE MISSED IT ! Lol
Mesjid Jama sudah di depan mata.Kami pun menuju ke pintu masuk masjid. Mesjid ini memiliki 3 pintu utama, 3 kubah besar dan batu bata yang dominan. Salah satu warisan abad silam ini membuat saya excited menginjaknya. Melepas alas kaki dan menikmati pemandangan yang begitu menyentuh hati. Berdiri gagah dengan tiang,kubah dan menara yang menyertainya. Terlihat umat muslim dari berbagai penjuru, gerombolan merpati yang datang kesana kemari, sekumpulan wartawan,pers dan tourist yang mengitari masjid. Muslim di India terbilang sangat banyak dan merupakan agama kedua terbesar yang dianut setelah Hindu.
Kami berpencar di dalam bangunan itu. Terlihat Ahmad sedang melihat-lihat dinding masjid, Fia yang sibuk bercengkrama dengan wartawan, dan saya sendiri yang sibuk dengan merpati-merpati yang lagi lahapnya makan. Di halaman masjid terlihat sekumpulan umat Islam yang berarak layaknya demonstrasi mahasiswa yang berorasi dan memegang spanduk “ PRAY FOR GAZA”. Pemandangan ini cukup menarik dan membuat saya dan Fia sampai-sampai meminjam satu spanduk untuk FOTO bersama




Setelah beberapa jam kemudian, kami bergegas untuk mencari makan. Yah, MENCARI MAKAN. Kalau di rumah biasanya MAKANAN yang menunggu untuk dilahap, tapi di India , beli dan cari sendiri. Tadinya kami bertiga ingin ke KBRI setelah shalat, tapi kami putuskan untuk mencoba menyicipi sajian makanan lebaran yang ada disekitar masjid Jama.
Sepanjang jalan terlihat berbagai macam penganan dan minuman yang tersedia.Hampir semua warung dipenuhi dengan jamaah. Kami bertiga singgah di salah satu warung muslim yang menu makanannya terlihat menggiurkan. Jatuhlah pilihan saya pada menu Briyani dan Chicken Kurma (75 Rupee). Menu ini sama sekali belum bisa menggantikan nikmatnya opor ayam dan ketupat. #akurapopo




Setelah makan kami kembali ke penginapan kami (by tuk tuk) karena ingin berkemas untuk mencari penginapan yang baru. Sedikit menyesal juga sih tidak sempat mengikuti shalat Ied, tapi paling tidak sudah melihat suasana berlebaran di India seperti apa. Semoga suatu saat nanti, bisa kembali dengan future husband dan berlebaran di tempat ini. AAMIIN.